Minggu, 17
Februari 2013
Layang – layang merupakan suatu permainan anak bangsa yang sangat
terkenal bahkan hampir di seluruh penjuru negeri ini pernah kita jumpai, Deltamas yang masih banyak tanah kosong serta anginnya pun juga cukup bagus setidaknya sangat
cocok untuk bermain layang – layang, namun selama setahun lebih aku menetap di
kota ini agaknya aku tak pernah menjumpai anak- anak yang bermain permainan
ini, Ya mungkin disini kawasan orang- orang “ berada “ dan anak- anak mereka
tidak suka permainan seperti ini, beda dengan di lingkungan desa, yang akan
banyak kita temukan permainan ini.
Teman – teman jurusan DPI di ITSB akan mengadakan “Kite Festival”
sebuah acara festival layang – layang yang akan digelar di lingkungan Kampus,
untuk latar belakang acara aku sendiri kurang ngerti kenapa mengangkat tema
“layang- layang” tujuannya lainnya
adalah untuk promosi kampus ITSB kepada adik- adik SLTA. Dalam hal
kepanitiaan teman – tema DPI juga melibatkan teman- teman dari Prodi lain
termasuk prodiku TPS. Untuk pelaksanaan kegiatan ini masih agak lama masih
sekitar bulan Juni.
Hari sabtu jadwal kuliah kosong dan kebetulan hari ini ada Fogging
di tempat tinggalku di Zona Eropa sekitar pukul 09.00 wib, ketika melewati
rumah kami, Bapak yang seperti mandornya melihat rumput di belakang rumah yang
tinggi sehingga menyuruh petugas fogging masuk kerumahku, setelah di fogging
aku dan teman – teman membersihkan rumput alang-alang yang mulai meninggi dibelakang
rumah hingga siang hari.
Setelah capek membersihkan belakang Rumah waktnya sejenak
beristirahat dengan teman – teman, di tengah waktu istirahat tersebut Ardi yang
tadi memiliki menemukan bambu, memotong bambu tersebut dan merautnya sepertinya
akan di buat sesuatu dan kegiatan itu diikuti oleh Sendi dan aku pun jadi
tertarik untuk mebuat sesuatu itu, dan akhirnya jadilah sesuatu itu sebuah
layang – layang biasa, dan aku membuat dengan ukuran yang kecil. Dengan alat
seadanya yaitu Bambu, Pisau, Benang jahit, Korek Api, Lilin, Peniti dan Tas
Kresek Bekas terciptalah layang – layang sederhana.
Walaupun dengan alat seadanya dan barang bekas dan untuk
merekatannya dengan menggunakan lilin
dan peniti yang dipanaskan, namun jangan salah, layang – layang kami berhasil
mengudara dengan hebat diangkasa, hingga punya Ardi yang terlalu tinggi dan
angin kencang membuat terbang selama- lamanya. Seetelah kejadian membuat
layang- layang ini, yang lain pun jadi tergugah untuk membuat layang – layang
juga seperti Wawan, Kimi dan Danang, akhirnya kita semua membuat lagi layang –
layang, karena keterbatasan bambu yang ada maka kita berusaha mencari bambu. Teringat
bambu sisa pengecoran di Masjid, lalu Kimi dan Wawan Pergi ke Masjid untuk
mencoba memintanya dan akhirnya dapat.
Pembuatan layang – layang yang kedua kali ini beda seperti yang
pertama yang hanya sebatas bentuk sederhana. Kali ini dengan sedikit sentuhan
kreasi maka terciptalah layang – layang Ubur- Ubur milik Ardi dan Punyaku dulu
kusebutnya Piala, sedangkan yang lain tidak sampai diselesaikan, setelah jadi
dan kita coba untuk mengudarkannya dan hasilnya pun juga tidak begitu
mengecewakan. Namun lagi- lagi Punya Ardi harus terbang selamanya.
Selang beberapa hari aku tidak mengudarakan layang- layang karena
hujan yang sering terjadi di sore hari. Sampai pada Sabtu, tanggal 23 Februari
ada Riski adek tingkat TPS yang mengajak main layang – layang, dan hanya
tersisa punyaku yang 3 buah.. akhirnya di terbangkan dan di “panjer”. Layang ‘
layang yang cukup tenang hingga sangat lama kami tinggal kegiatan lain ,
akhirnya ada adik- adik kecil yang tertarik dan ingin memainkan layang –
layangnya. Lalu kukasihka biar diapaki main mereka dan ternyata secara tak
kusadari banyak sekali adik- adi kecil yang menggerumbul disore itu, ketika
waktu menjelang maghrib dan kecepatan angin mulai berkurang, layang – layangnya
pun diturunkan. Akhirnya layang – layang itu kuberikan kepada adik- adik kecil
tadi dan mereka sangat senang.
0 comments:
Post a Comment