Ads 468x60px

Monday, September 8, 2014

Kereta Bangun Karta


Senen, 01 September 2014

Hampir tiga tahun sudah aku meninggalkan kampung halaman -Bangil- dan melanjutkan studi di Kota Deltamas-Bekasi- Jabar. Jarak yang membentang dari Timur ke Barat dan terpisah provinsi membuat jarak tempuh memerlukan waktu yang cukup lama dengan kendaraan darat. Transportasi darat favoritku adalah kereta api karena nyaman dan relatif lebih cepat dibanding dengan bus, selain itu harganya juga murah.

Interior Bangun Karta
Aku merasakan pelayanan kereta api yang meningkat drastis dalam 3 tahun tersebut. Mulai dari tiket kereta yang dibeli pas hari H hingga kini yang harus dipesan jauh hari (hingga -90hari) dan  kini kereta ber-AC semua. Walaupun aku jarang ada liburan panjang seperti mahasiswa pada umumnya karena sudah terikat, namun selalu kusempatkan untuk menengok kampung halamanku jika ada kesempatan. Selama kuliah dan bolak-balik Jakarta-Bangil terhitung hanya 2 kali aku merasakan kereta kelas eksekutif selebihnya kereta ekonomi dan bisnis. Kereta kelas eksekutif kali pertama kunaiki adalah kereta Gumarang saat berangkat menuju kampus ITSB –Deltamas dan Kereta Bangun Karta untuk kali kedua pada hari ini.

Aku naik kereta Bangun Karta dari Stasiun Surabaya Gubeng berangkat pukul 14.15 WIB. Oia Aku pulang kampung kali ini karena ada acara pernikahan Kakak. Aku tidak bisa berlama-lama di rumah dan harus segera kembali untuk melaksanakan Sidang TA tugas akhir. Sehari setelah acara aku diantar Kakak  (Mas Lun) ke Stasiun Gubeng. Aku masuk ke tempat pemeriksaan karcis dan ternyata pemberangkatan kereta ini dari jalur 5 yaitu dari Stasiun Gubeng Baru. Aku disuruh menunggu oleh petugas pemeriksa karcis lalu aku diantar oleh security dan ditunjukkan arah ke stasiun Gubeng Baru.
Tepat pukul 14.15 kereta berangkat namun kulihat sepi tidak seperti naik kereta ekonomi. Terhitung di gerbong yang aku tumpangi hanya ada sekitar 8 penumpang. Memang perbedaan fasilitas kelas ekonomi dan eksekutif cukup mencolok karena harganya pun juga sangat jauh bisa 8-10x lipat. Tak lama kemudian kereta telah sampai di stasun Mojokerto dan berhenti, sepertinya ada juga penumpang yang naik dari stasiun ini. Kereta berjalan kembali dan hampir setiap stasiun besar juga berhenti. Dalam hati pun aku mulai bergumam, ternyata gumamanku dalam hati saam dengan lontaran ucapan penumpang di site belakangku yang mengatakan kalau kereta banyak berhenti kalah dengan kereta ekonomi GBM (Gaya Baru Malam).



Perkiraanku salah ternyata kereta ini tidak lewat Jogja melainkan lewat Semarang (di sini gerbong mulai penuh). Seringnya kereta berhenti menurutku membuat kurang nyaman dengan status kereta eksekutif yang tersemat padanya. Memang sih, jika cari kenyamanan dan tidak terganggu dengan riuh penumpang lain enak Eksekutif. Namun aku pribadi saat ini masih lebih suka naik kereta ekonomi bisa banyak kenal dengan orang baru dan bisa lebih akrab dalam perjalanan saling mengobrol satu sama lain (selain faktor harga). Yang membedakan dengan kereta ekonomi hanya fasilitas di dalamnya seperti tempat duduk, Layar monitor, Selimut, Petugas Restorasi yang seperti Pramugari. Untuk waktu tempuh tidak jauh berbeda dengan kereta ekonomi. Dan ternyata saat kutumpangi kereta ini juga Telat dari jadwal tiba yang tertera di karcis saat tiba di Jakarta. 

Saturday, September 6, 2014

Teruntuk Penerang Kalbu
Oleh: Inueds Al Faqih
Rasa itu ...
Mengusik sukma menusuk raga
Mencuat liar tanpa kendali
Berontak ‘tuk bertemu sang pujaan hati

Lentera penerang kesuraman kalbu
Membuka jalan menuju nirwana
Tak sabar hasrat ingin jumpa
Menuangkan segala gejolak rasa

Sadarku akan keadaan hina ini
Membuatmu enggan bertemu
Bahkan menoleh pun tak mau

Pantang bagiku berpasrah papa
Dengan cinta yang kupunya
Padamu makhluk sempurna
‘Kan kukorbankan semua

Meski bukan keadaan terjaga
Sosokmu tetap kunanti
Menjelma masuk dalam mimpi
Yang tak satu setan pun dapat menyamai


Deltamas, 22 Februari 2014
Biodata Penulis
Inueds Al Faqih nama pena dari Achmad Burhanuddin. Bisa dijumpai di dunia maya lewat akun Fb Achmad Burhanuddin Faqih atau twitter @inueds. Dapat dihubungi di No 085730008550.


Hari Bahagia untuk Kakak


Minggu, 31 Agustus 2014



Tahun ini menjadi tahun yang bersejarah bagi keluargaku, khususnya bagi kakakku. Hari bertambahnya keluarga baru di keluarga besarku. Namanya Mbak Lintang Putri, Istri dari Kakakku yang pertama (Mas Lun). Akad nikah telah dilaksanakan di Masjid kawasan Putri Duyung Resort dengan hikmat pada tanggal 17 Agustus 2014. Aku yang juga hadir saat itu merasa gemetar ntah kenapa mungkin karena sangat senang, haru, gembira hingga tak kuasa air mataku juga deras mengalir saat akad. Ditambah lagi mahar yang dipersembahkan adalah hizdhil suraturrahman. Sungguh mengharukan, mahar yang tidak biasa kutemui saat hadir dalam acara walimatul urusy selama ini.

Foto Ayah, Ibu, Mempelai berdua, Ibu Mertua Kakak, Adik Mbak Lintang (dari kanan ke kiri)

Keluarga besarku berangkat rombongan dari Bangil ke Jakarta dengan mengunakan Elf Long. Kebetulan aku yang berada di Deltamas-Bekasi dijemput di pintu tol Jakarta – Cikampek Km 37. Rombongan berangkat Jumat pagi dan sampai di lokasiku hari sabtu pukul 02.00 dini hari. Setelah menjemputku, perjalanan lanjut menuju rumah Neng Khus (Keponakan Ayah) yang berada di Pasar Minggu. Siang hari perjalanan berlanjut ke Ancol tepatnya menuju Cakalang Cottage. Terhitung 3 hari kuhabiskan waktu bersama keluarga besar di Ancol dari hari Sabtu, 16 Agustus 2014 – Senin, 18 Agustus 2014 mengikuti serangkaian acara yang digelar oleh keluarga besar Mbak Lintang. Kami rombongan cek out dari Ancol hari Senen siang dan mampir dulu ke rumah yang nantinya akan ditempati Mas Lun, mampir ke Istiqlal dan ke Monas setelah itu aku diantar kembali ke kosanku di Deltamas dan rombongan kembali ke Bangil.

Foto Rombongan saat di rumah Neng Khus

***
Melek.an Sabtu Malam 
Selang dua minggu sejak acara akad nikah di Ancol, hari ini (Minggu 31 Agustus 2014) keluargaku mempunyai gawe katanya orang- orang sih Ngunduh Mantu.  Rencana yang telah dipersiapkan dengan matang agar tidak berbenturan dengan jadwal kampus ternyata sedikit bleset. Jadwal Ngundu Mantu hampir berbenturan dengan Sidang TA, Namun Alhamdulillah aku masih bisa hadir dalam acara tersebut walaupun harus balik cepat ke Jakarta untuk melaksanakan sidang TA di hari Selasa, Tanggal 2 September 2014.

Aku bertolak dari jakarta dengan menggunakan kereta ekonomi Kertajaya dengan relasi Jakarta Pasar Senen – Surabaya Pasar Turi PP. Berangkat dari Pasar Senen hari kamis pukul 14.10 dan sampai di rumah jumat pukul 04.30. Balik ke Jakarta lagi dengan kereta Eksekutif Bangun Karta pada hari Senen pukul 14.15.

Kejadian ini mengingatkanku pada kejadian 2 tahun silam saat pernikahan kakakku yang satunya (Mas Is), Saat itu jadwal juga berberturan dengan jadwal ujian di kampus. Dan kejadian itu terulang kembali di pernikahan Mas Lun. Namun Alhamdulillah aku masih diberi kesempatan berkumpul dengan keluarga di Bangil. J