Ads 468x60px

Sunday, February 10, 2013

Bangil “again” ketika Jakarta “be Under water”



Selasa,  22 Januari 2013

Pekan setelah Uas ada waktu Senggang sekitar  5 hari dari tanggal 23 - 27 Januari 2013, setelah mendapat kabar dari perusahaan bahwa Training Manajerial dimulai tanggal 28 januari 2013, aku gunakan waktu ini untuk kembali lagi pulang ke kota tercintaku yaitu Bangil, dengan segala pertimbangan yang awalnya aku ragu, selain tidak mendapat tiket kereta yang ekonomi ada tugas Elemen mesin yang harus diselesaikan berupa tugas Desain mesin. Akhirnya dengan segala pertimbangan meskipun dengan tiket  Ekonomi AC yang harganya bisa mencapi 4-5 kali lipat harga yang ekonomi aku tetap pulang selain disuruh pulang untuk mengambil  e- KTP karena saat ini ada moment maulid nabi yang g akan aku temukan keramaiannya dan suasanya seperti saat aku berada di Bangil.
Pagi hari aku berangkat dengan meminta bantuan sendi untuk mengantarku ke ATM karena uangku telah aku pakai untuk membeli tiket, setelah mengambil uang aku menunggu angkot, lama juga menunggu belum ada juga angkot yang melaju di depanku, aku pun sambil berjalan dan tiba –tiba ada Mas penjual Mie ayam yang ada di depan Cluster mengajakku Bareng sampai Tegal Danas, Mas ini tau aku karena saat sholat shubuh di masjid  raya  Deltamas (sementara)  hanya aku dan Mas itu yang sholat  berjamaah. Aku nebeng mas itu dan diantar sampai di tegal danas disana untung aku langsung dapat angkot 35 sehingga aku ga telat sampai di stasiun lemah abang, mungkin ini pertanda baik kalau aku memang ditakdirkan untuk ketemu keluarga yang ada di Bangil.
Sampai di stasiun Jakarta Kota sekitar Pukul 08.00 WIB dan aku langsung pergi ke loket untuk menukar struk kode booking tiket untuk ditukar dengan tiket asli, setelah aku menukarnya aku lihat di papan pengumuman bahwa kereta Gaya Baru Malam yang akan aku tumpangi tidak berangkat dari stasiun Kota tapi berangkat dari Stasiun Senen.
“Pak, ini nanti keretanya berangakat dari senen ya?”, tanyaku meyakinkan pada petugas tiket
“Iya Mas, keretanya tidak bisa lewat karena masih banjir, Mas ke Satsiun Senen aja naik angkot m 12 di depan”, kata petugas itu kepadaku sambil menunjukkan lokasi tempat angkot.
Dalam hatiku pun Aku bergumam “Pantesan kereta lokal Purwakarta yang tadi aku tumpangi tidak lewat jalur seperti biasanya yang melewati stasiun senen, namun lewat atas yang langsung dari stasiun Jatinegara lewat Cikini dan Gambir serta terakhir Jakarta Kota”
Setelah itu aku pergi menuju tempat angkot didepan stasiun, sebelumya aku mampir beli Roti bakar yang membuatku penasaran karena banyak sekali yang beli, untuk yang separo roti Harganya Rp. 2000,00. Setelah itu aku naik angkot dengan tujuan Senen- Jakarta Kota, didalam angkot kutengok suasana sekitar jalan- jalan yang masih banyak sisa- sisa banjir yang telah melanda ibukota ini, suasana saat aku naik angkot juga masih hujan, memang dalam seminggu terakhir ini hujan terjadi hampir tiap hari karena adanya imbas dari badai Monsun, dan puncak banjir terjadi pada hari kamis 17 Januari 2013 yaitu tepat saat aku hujan- hujan ke kampus, ternyata hampir diseluruh JABODETABEK mengalami hujan yang cukup lebat dan timbul banjir dimana- mana termasuk Bekasi, dan banyak di Berita yang menulis Head Text  “ Jakarta Tenggelam “
Setelah perjalanan dengan angkot sampailah aku di Terminal Senen yang jaraknya dekat dengan stasiun tinggal jalan kaki aja sekitar 200 m, sebelumnya aku mampir makan di Terminal sambil berteduh karena pas aku sampai di Terminal tiba- tiba Hujan turun dengan sangat lebat, harga makanan di Jakarta tidak seperti di Bangil atau Malang, namun distasiun ini juga masih standart aku makan dengan nasi, sayur dan telor Dadar kena Rp. 7000,00. Lanjut perjalananku ke Stasiun Senen setelah hujan agak mereda, disana masih belum boleh masuk ke dalam peron penumpang dan baru bisa masuk pukul 11.00 WIB karena kerta GBM yang aku tumpangi berangkat dari senen sekitar pukul 12.30 WIB.
Aku muter- muter seekliling tempat loket dan begitulah banyak sekali Calo yang menawarkan tiket kereta padaku, padahal tiket yang tertera di pengumuanan katanya sudah habis dan pas aku lihat online juga sudah habis namun saat disini ternyata tiket ditangan Calo masih sangat banyak. Harga ditangan calao saat hari H bisa mencapai  Rp. 150.000,00 dari harga normal yang tertera di tiket Rp.33.500,00 untuk kereta gaya baru dan Rp 43.500,00 untuk kereta Kertajaya tujuan akhir Surabya Pasar Turi. Semua calo yang menawariku aku tolak sampai akhirnya saat aku didepan loket ada calo lagi yang menghampiriku
“ Surabaya Mas”, bilang Calo itu, agak Tua sekitar 55 tahunan usianya
“ Ngga Pak, sebenarnya saya udah punya tiket ke Surabya, tapi Mau cari Buat Baliknya”, jawabku kepada Calo itu
“ Mank Buat kapan n butuh Berapa”, sahut Calo itu lagi
“ Satu aja buat tanggal 26 Januari “.
“Iya Bisa, mana KTP-nya kan harus sesuai dengan Identitas, dijamin pasti dapat, dan Mas tunggu aja disini”.
“Emang Berapa Pak?”.
“Rp.100.000,00, Kertajaya “
“Kalo Gaya baru!”
“Sama aja Rp.100.00,00 itu udah Murah mas, kalo Pas berangkat gini paling murah saya jual Rp 150.000,00”
“Iya Pak nanti aja kalo jadi saya temui Bapak lagi”.
Dari sini terjadilah pertempuran hati antara beli dicalo atau beli di loket karena waktu di Stasiun Kota aku juga sempat tanya kepada petugas loket masih ada tiket yang ekonomi Ac dengan harga Rp 170.000,00. Aku bimbang dan memberi tahu kakak, kata kakak ya g papa beli aja, namun aku juga masih kurang sreg kalo aku beli di calo sama aja aku mendukung praktek percaloan yang ada, jadi apa bedanya aku dengan oknum itu. Dan ku yakinkan kepada kakak aku g sreg beli di Calo dan kakak memberi keputusan kepadaku terserah aku aja.
Setelah itu aku bulatkan tekad beli diloket namun sebelumnya aku tanya ke CS yang ada disenen, apakah masih ada tiket untuk ke Surabya pada tanggal 26 Januari 2013, namun seperti biasa layanan di Stasiun Senen tidak seperti di Stasiun Kota yang ramah dan aku mendapat jawaban bahwa yang ekonomi telah habis tinggal executive dan bisnis, timbul lagi kebimbangan dalam hati kecilku, “masak aku harus ambil tiket calo”. Aku masih yakin dalam hati bahwa tiket masih ada, akhirnya aku mengantri diloket kalo tidak ada baru aku ambil tiket yang dicalo. Dan ternyata bener apa yang kuyakini ternyata tiket GBM AC masih ada, langsung saja aku membelinya.Setelah itu aku masuk kedalam peron tunggu penumpang dengan sudah membawa tiket PP sehingga nanti dirumah tidak bingung lagi cari tiket buat balik.
Kereta yang aku Tumpangi agak telat dan aku turun di Stasiun Wonokromo sekitar pukul 04.00 Wib hari Rabunya.  Aku Oper Kereta Penataran jurusan Blitar yang lewat stasiun Bangil, sambil menunggu kereta, disana ada tempat Charger gratis yang disediakan Stasiun Wonokromo langsung aja aku colokkan Charger laptop karena batrenya udah Low setelah aku pakai buat ngerjain laporan waktu dikereta, sambil ngecarge aku juga ngerjakan laporan itu karena deadline tugas hari ini dan aku telah berjanji akan mengirimnya ke Purwo pada pagi hari setelah aku sampai dirumah.
Alhamdulillah kuhirup udara segar Bangil dan aku dijemput Abuya, biasanya kalo bukan ayah, yang jemput aku Mas Lun, namun sekarang Mas agak genak badan kata Buya , sehingga yang menjemput adalah Beliau. Sampai dirumah setelah bersalaman dengan orang Tua  dan keluarga aku ga langsung istirahat karena mengingat Tugasku masih kurang sedikit lagi dan aku melanjutkan mengerjakannya.





Artikel Terkait Curcol

0 comments:

Post a Comment