Selasa, 11 Desember 2012
Suasana Kota Deltamas sore ini
lumayan cerah dengan sinar matahari yag agak malu- malu memancarkan sinarnya
sehingga tidak begitu panas. Hari ini merupakan hari yang cukup menyenangkan
juga uang saku dari perusahaan udah cair, katanya si baru tanggal 12 cair nya
namun hari ini saat teman- teman coba di rekening ternyata uang saku udah di
transfer. Namun masih ada masalah karena yang mendapatkan uang saku belum
sesuai dengan yag seharusnya yaitu yang mendapat nilai 10 besar di kelas.
Sore ini Aku, Dwi, Ardi dan Kimi
bersepeda ke toko sport yang ada di Jababeka, aku dan Dwi berniat membeli kaos
dan Ardi benerin senar raketnya yang putus, sedangkan kimi juga melihat- lihat
raket kalau ada yang cocok juga akan di belinya.
***
Siang hari selepas pulang kuliah di
depan ATM, teman- teman TPS berkumpul dan melihat ATM masing- masing begitu
juga aku, saat ku lihat Alhmdullah saldo bertambah yang artinya uang saku udah
di transfer, Namun saat giliran Dwi coba melihat di ATM miliknya aneh saldonya
belum bertambah
“low punyaku belum masuk nie”, kata
Dwi kepada teman- teman
“ masak aku g dapat, aku kan dapat!,”
lanjut Dwi lagi meyakinkan
Setelah itu Dwi mencoba menghubungi Bu Shinta
mengenai hal ini, untuk mengetahui kejelasannya. Sambil menghubungi kami sekalian
jalan pulang kembali ke kontrakan.
“Kim, gimana jadi beli raket?”,
kataku kepada kimi sesaat setelah meninggalkan ATM.
“ya lihat nanti sore aja Bang !,”
jawab Kimi.
***
Bersepeda di sore hari menerjang
hembusan angin kencang yang melaju yang memberi gaya dorong membuat tenaga
untuk mengayuh sepeda menajadi lebih besar, kami lewat jalan yang bukan biasa
kami lewati, sekarang ini di Deltamas sedang di bangun jalan yang menghubungkan
Deltamas dengan Lippo cikarang. Jalan memecah hamparan luas tanah lapang
sehingga angin yang berhembus di jalan ini sangat kencang karena tidak ada
bangunan yang menghalangi laju angin di sore ini.
Kukayuh sepedaku dengan pasti,
melewati jalan yang baru kali pertama aku lewati, namun tidak bagi Kimi, dia
pernah lewat jalan ini.
“nanti disana ada jalan tanjakan,”
kata Kimi sambil menunjuk ke arah jauh di depan
“ ow gitu a Kim, ya mantep biar tau
daerah sini aku!,” jawabku
Perjalanpun dan Kami sampai di jalan yang di maksud
Kimi, jalan tanjakan turunan dan jalan “bergeronjal” memberi suasana yang seru,
jalan melalui perkampungan penduduk dan ternyata saat keluar aku langsung sampai
di depan kampus Pelita Bangsa, Aku bersepeda agak di belakang dengan Dwi
sedangkan Kimi dan Ardi di depan, ku lihat Dwi sepertinya ada sedikit masalah
dengan sepedanya, tiba- tiba dia menepi dan kuhamprilah dia
“
opo’o Wi?,” tanyaku kepada dia
“
iki bang ‘ndase’ sepedaku kate ucul gara – lewat jalan bergeronjal tadi,” jawab
Dwi sambil menunjukkan bagian sepeda yang dia maksud.
Namun setelah menepi Dwi kembali lagi mengayuh
sepedanya dan kali ini agak menurunkan laju sepedanya, beberapa meter kemudian setelah melaju stir
sepeda patah, tepat di bagian las- lasannya. Akhirnya Dwi dan aku turun membawa
sepeda dan mencoba mencari tukang las, agak lama berjalan namun tidak kami
temui satupun tukang las.
“ tak
rongsokno ae Bang sepedaku, engkok tak tuku mane”, kata Dwi
“
lapo Wi, di lasno disek ae, pailng engkok ndek ngarep yo onok,” kataku mencoba
mencegah Dwi.
Sepanjang jalan kalimalang banyak sekali yang jual
besi tua, melihat hal itu Dwi berpikiran untuk menjualnya aja karena tidak ada
tukang las, setelah berjalan dengan membawa sepeda cukup jauh aku mencoba
memegang sepeda Dwi dan celetuk keluar dari mulutku
“bisa iki wi! kamu tak bonceng ae sambil kamu pegangin seperti
ini”’ sambil aku memberi contoh kepada Dwi “ ntar low mank kesulitan bilango ya”
Perjalanan mencari tukang las aku lanjutan dengan
membonceng Dwi, lumayan jauh juga ternyata ga ada tukang las, sampai akhirnya
ketemu juga menjelang keluar jalan raya, langsung saja aku dan Dwi menuju tukang
las itu dan mengelaskannya.
Setelah
selesai mengelas sepeda Dwi aku bergegas menuju toko sport karena tadi Kimi
sudah mengirim pesan singkat menanyakan aku sudah ada dimana, dan kubilang bahwa
sebentar lagi akan sampai di toko.
“
ada masalah pa Bang?” tanya Kimi sesampainya aku di toko sport
“
ini tadi ndase putul Kim”
“
gimana Kim ada yang cocok raketnya?”
Akhirnya Ardi benerin senar raket, beli pelindung
Knee dan beli kaos sedangkan aku beli kaos oblong seharga di bandrol Rp 55.000,00 dan di potong jadi Rp 45.000,00 dan
Kimi jadi beli raket RS seharga Rp 240.000,00. Di toko ini ( champion sport )
lumyan agak miring harganya dari pada toko yang ada di jababeka yang satunya
dan saat ku lihat harga raket di toko online ternyata juga sama dengan yang ada
disini namun disini masih di potong Rp 50.000,00 untuk setiap harga raket yang
ada di bandrol.
0 comments:
Post a Comment