Ads 468x60px

Tuesday, December 18, 2012

Ndase Putul



Selasa, 11 Desember 2012

Suasana Kota Deltamas sore ini lumayan cerah dengan sinar matahari yag agak malu- malu memancarkan sinarnya sehingga tidak begitu panas. Hari ini merupakan hari yang cukup menyenangkan juga uang saku dari perusahaan udah cair, katanya si baru tanggal 12 cair nya namun hari ini saat teman- teman coba di rekening ternyata uang saku udah di transfer. Namun masih ada masalah karena yang mendapatkan uang saku belum sesuai dengan yag seharusnya yaitu yang mendapat nilai 10 besar di kelas.

Sore ini Aku, Dwi, Ardi dan Kimi bersepeda ke toko sport yang ada di Jababeka, aku dan Dwi berniat membeli kaos dan Ardi benerin senar raketnya yang putus, sedangkan kimi juga melihat- lihat raket kalau ada yang cocok juga akan di belinya.
***
Siang hari selepas pulang kuliah di depan ATM, teman- teman TPS berkumpul dan melihat ATM masing- masing begitu juga aku, saat ku lihat Alhmdullah saldo bertambah yang artinya uang saku udah di transfer, Namun saat giliran Dwi coba melihat di ATM miliknya aneh saldonya belum bertambah
“low punyaku belum masuk nie”, kata Dwi kepada teman- teman
“ masak aku g dapat, aku kan dapat!,” lanjut Dwi lagi meyakinkan
Setelah itu Dwi mencoba menghubungi Bu Shinta mengenai hal ini, untuk mengetahui kejelasannya. Sambil menghubungi kami sekalian jalan pulang kembali ke kontrakan.
“Kim, gimana jadi beli raket?”, kataku kepada kimi sesaat setelah meninggalkan ATM.
“ya lihat nanti sore aja Bang !,” jawab Kimi.
***

Bersepeda di sore hari menerjang hembusan angin kencang yang melaju yang memberi gaya dorong membuat tenaga untuk mengayuh sepeda menajadi lebih besar, kami lewat jalan yang bukan biasa kami lewati, sekarang ini di Deltamas sedang di bangun jalan yang menghubungkan Deltamas dengan Lippo cikarang. Jalan memecah hamparan luas tanah lapang sehingga angin yang berhembus di jalan ini sangat kencang karena tidak ada bangunan yang menghalangi laju angin di sore ini.

Kukayuh sepedaku dengan pasti, melewati jalan yang baru kali pertama aku lewati, namun tidak bagi Kimi, dia pernah lewat jalan ini.
“nanti disana ada jalan tanjakan,” kata Kimi sambil menunjuk ke arah jauh di depan
“ ow gitu a Kim, ya mantep biar tau daerah sini aku!,” jawabku
Perjalanpun dan Kami sampai di jalan yang di maksud Kimi, jalan tanjakan turunan dan jalan “bergeronjal” memberi suasana yang seru, jalan melalui perkampungan penduduk dan ternyata saat keluar aku langsung sampai di depan kampus Pelita Bangsa, Aku bersepeda agak di belakang dengan Dwi sedangkan Kimi dan Ardi di depan, ku lihat Dwi sepertinya ada sedikit masalah dengan sepedanya, tiba- tiba dia menepi dan kuhamprilah dia
            “ opo’o Wi?,” tanyaku kepada dia
            “ iki bang ‘ndase’ sepedaku kate ucul gara – lewat jalan bergeronjal tadi,” jawab Dwi sambil menunjukkan bagian sepeda yang dia maksud.
Namun setelah menepi Dwi kembali lagi mengayuh sepedanya dan kali ini agak menurunkan laju sepedanya,  beberapa meter kemudian setelah melaju stir sepeda patah, tepat di bagian las- lasannya. Akhirnya Dwi dan aku turun membawa sepeda dan mencoba mencari tukang las, agak lama berjalan namun tidak kami temui satupun tukang las.
            “ tak rongsokno ae Bang sepedaku, engkok tak tuku mane”, kata Dwi
            “ lapo Wi, di lasno disek ae, pailng engkok ndek ngarep yo onok,” kataku mencoba mencegah Dwi.

Sepanjang jalan kalimalang banyak sekali yang jual besi tua, melihat hal itu Dwi berpikiran untuk menjualnya aja karena tidak ada tukang las, setelah berjalan dengan membawa sepeda cukup jauh aku mencoba memegang sepeda Dwi dan celetuk keluar dari mulutku
“bisa iki wi! kamu  tak bonceng ae sambil kamu pegangin seperti ini”’ sambil aku memberi contoh kepada Dwi “ ntar low mank kesulitan bilango ya”
Perjalanan mencari tukang las aku lanjutan dengan membonceng Dwi, lumayan jauh juga ternyata ga ada tukang las, sampai akhirnya ketemu juga menjelang keluar jalan raya, langsung saja aku dan Dwi menuju tukang las itu dan mengelaskannya.

            Setelah selesai mengelas sepeda Dwi aku bergegas menuju toko sport karena tadi Kimi sudah mengirim pesan singkat menanyakan aku sudah ada dimana, dan kubilang bahwa sebentar lagi akan sampai di toko.
            “ ada masalah pa Bang?” tanya Kimi sesampainya aku di toko sport
            “ ini tadi ndase putul Kim”
            “ gimana Kim ada yang cocok raketnya?”

Akhirnya Ardi benerin senar raket, beli pelindung Knee dan beli kaos sedangkan aku beli kaos oblong seharga di bandrol  Rp 55.000,00 dan di potong jadi Rp 45.000,00 dan Kimi jadi beli raket RS seharga Rp 240.000,00. Di toko ini ( champion sport ) lumyan agak miring harganya dari pada toko yang ada di jababeka yang satunya dan saat ku lihat harga raket di toko online ternyata juga sama dengan yang ada disini namun disini masih di potong Rp 50.000,00 untuk setiap harga raket yang ada di bandrol.

Artikel Terkait Curcol

0 comments:

Post a Comment