Jumat, 21
Desember 2012
Kuliah di ITSB memiliki perbedaan
dengan kampus yang lain, disini tiap akhir tahun ada libur Natal yang digabung
dengan Tahun Baru sehingga ada waktu libran yang cukup panjang sekitar 2
minggu, tentunya kesempatan seperti ini
sangat dimanfaatkan untuk pulang kampung bagi mahasiswa yang berasal
dari luar kota, apalagi teman2 TPS yang notabene liburan adalah suatu hala yang
sangat jarang terjadi. Karena jika ada liburan semester anak TPS tidak libur
dan dipakai Untuk semester pendek agar cepat lulus, ya itulah yang di mau
perusahaan ada waktu kosong , nasib
sebagai mahasiswa ikatan dinas jika yang lain bisa libur sampa 3 bulan tapi
tidak bag anak TPS bahkan Libur hari Raya harus berada jauh dikota orang dan di
pabrik, namun semua harus disyukuri.
Jumat pagi seusai sholat shubuh, aku
dan Hernawan yang telah memilki tiet PP untuk pulang ke Kampung Halaman
bergegas siap- siap untuk pergi ke Jakarta, karena kebijakan pt. KAI sekarang
ini penumpang semua harus naik dari Jakarta dan kereta tidak berhenti di tiap
stasiun seperti bekasi dan lain- lain. Aku berangkat Pagi ke jakartan naik
kereta lokal odong – odong dengan trayek jakarta- purwakarta dengan jadwal
keberangkatan dari stasiun Lemah Abang pukul 07.20, aku berangkat pagi ke
jakarta karena ingin mampir ke Rumah saudara yang ada di pasar minggu, wawan
juga mau mampir ke depok , sehingga kesepakatan nanti ketemuan di pasar senen.
Pukul 08.00 kereta lokal yang
kutumpangi sampai di stasiun jakarta kota, begegas kuturun dari kereta dan oper
KRL jurusan Bogor disana kereta sudah mau berangkat.
“Wan bukan itu keretanya” kataku
kepada wawan yang dengan cepat dia masuk ke kereta Commuter line AC jurusan
Bogor, karena udah berangakat pintu otomatis tertutup akhirnya kita terpisah
beda kereta KRL, aku naik KRL ekonomi sesuai dengan yang tertulis di tiket. Tak
lama berselang hepeku bergetar dan kubuka sms dari wawan
“Bang kita ketemu distasiun Jayakarta”
“ oke Wan, aku digerbong belakang
sendiri”
Sampai di Jayakarta kereta berhenti dan wawan pindah kereta
yang sama denganku, kini kami sudah satu kereta dan tujuanku ke pasar minggu
sedangkan wawan ke depok dan turun distasiun UI, setelah berangkat sekitar 1
jam sampailah kereta di Pasar Minggu.
“Wan aku
disek” kataku kepada wawan
“ iyo Bang,
ati- ati” Jawab wawan
“ Okay, engkok
ketemu ndk senen yo “
“ Sipp !! “
Rumah Bu Neng Khus saudaraku yang
berada di pasar minggu agak jauh dari stasiun tempatku turun, dari situ aku
naik metromini dan turun didepan gang kelurahan aku luapa namanya, setelah itu
aku jalan dikit sekitar 10 menit aku sampai di rumah Bu Neng. Sampai didepan
Rumah beliau kulihat pakdhe ada di depan rumah sambil santai dan membaca koran.
“Assalamualaikum...”, sambil kubuka
pintu pagar rumah Bu Neng
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb, Oh inud,,
masuk ja Nud Budhemu ada didalam “
“ Iya pakdhe “, seera aku masuk rumah
setelah bersalaman dengan pakdhe
Didalam ada BuNeng dan lansung mempersilahkanku duduk, Aku
ngobrol- ngobrol singkat dengan Beliau, sampai beliau menanyakan
“ Nud, udah
akan?” belum sempat aku menjawabnya langsung saja aku disuruh makan dulu
belakang di tempat makan, setelah itu aku kembali lagi ke ruang tengah dan
ngobrol lagi dengan Buneng, tak lama ada Mbak Dia datang sambil senyum dan
bilang
“ Udah lama
Nud” setelah itu mbak dia pergi menuju kamarnya
Setelah itu ada kabar berita duka kakak dari suaminya mbak
dia meninggal dunia dan sekeluarga mau ta’ziyah kesana sedangakan pakdhe g bisa
ikut karena kondisi yang tak memungkinkan. Buneng meminta bantuannku nanti kalo
sholat jumat yang mendorong kursi rodanya pakdhe. Ketika waktu telah
menunjukkan hampir masuk waktu sholat jumat aku dan pakdhe berangkat ke masjid
yang g jauh dari rumah.
Seusai sholat
Jumat dan kembali ke rumah aku disuruh makan lagi, kali ini aku makan sama-
sama dengan pakdhe, disan sambil ngobrol- ngobrol dan tak terasa waktu telah
menunjukkan jam 1 lebih, aku minta pamit ke pakdhe untuk meninggalkan dan pergi
ke Stasiun senen. Dan pakdhe memberiku uang buat ongkos dan sebelumnya aku juga
dikasih sama Buneng sebelum berangkat ke Masjid.
Aku berjalan
keluar komplek rumah dan naik 2 kali, pertama aku naik angkot kemudian naik
kopaja, dan ternyata sekarang ada kopaja AC dengan tarif 5 rb, jika biasanya
hanya 2 ribu, aku kasih kabar ke kakak
kalau aku sudah sudah naik kopaja Ac dan kakakku masih belum tau kalao ada
kopaja AC yang ke Senen.
Setelah lama
perjalanan aku mulai kuatir kok g nympek2 ke tujuanku kulihat jam sudah
menunjukkan pukul 02.30 WIB , kukira sudah dekat namun belum sampai juga. aku
mulai cemas ketika ku lihat jalanan yang mulai macet dan genangan air yang
mulai meninggi karena hujan yang turun dengan deras ketika sampai di stasiun
Gondang Dia ada bapak- bapak yang naik kopaja ini juga dengan basah- basah dan
ternyata ku tahu kalo bapak ini memilki tujuan yang sama dengan aku yaitu ke
senen dan naik kereta yang sama denganku yatu kereta “kertajaya”.
Setelah
melewati Gondangdia, kopaja keluar ke jalan besar dan apesnya jalanan sangat
macet dan tak bisa bergerak, kecemasanku mulai memuncak ku brkali- kali lihat
jam tangan, dan au mulai bertanya kepada penumpang yang lain
“Pak, ini
kalo ke senen apa masih jauh?” tanyaku kepada penumpang didekatku
“ iya mas
ini mungkin sekitar 30 menitan lagi” jawab penumpang itu
Aku semakin panik
ketika ku tengok am telah menunjukkan pukul 03.00 WIB pm. Taka lama
bapak – bapak yang naik dari gondangdia membaca kecemasanku dan bialang
“ Mau ,
ngejar kereata ya Mas “ bilangnya kepadaku
“ iya Pak,
ini keretanya jam 03.30 “.
“ iya sama
mas, ini juga keretanya sama. Udah cari tiketnya susahnya minta ampun masak ini
juga mau telat”, bilang bapak itu lagi namun bapak itu tidak menunjukkan
kecemasan seperti aku
Terjadilah percakapan yang mulai rame diantara para penumpang
ada yang bilang
“ Waduh iya mas ini sudah macet banget didepan, paling ya
bisa naik bajai atau ojek tapi sepertinya juga g akan bisa jalan soalnya didepan
airnya tinggi”. Begitu kata salah seorang penumpang yang sedikit memberi solusi
tapi juga tak yakin dengan solusinya.
Kemudian ada lagi seorang penumpang yang mau memberi solusi
sambil basa basi dulu
“ mas keretanya jam berapa ?“
“ jam 3.30 mas “
“ jalan satu- satunya yaitu mas
sekarang turun aja, kalo tetap disini in juga percuma, mas coba cari ojek,
mungkin bisa ntar lewat jalan belakang”
Aku dan bapak itu turun dan berjalan ke depan cari tukang
ojek, aku tanya ke satpam terdekat dan ditunjukkan ke seberanga jalan, tanpa
berpikir panjang aku langsung menuju tukang ojek tersebut. Akhinya ketemu dan
setelah bapak itu dan tukang ojek
sepakat harga, kami diantar ke stasiun senen, ternyata kalau lewat belakang g
begitu jauh sekitar 10 menitan aku udah sampai di stasiun senen.
Ternyata di
stasiun senen air juga menggenang setinggi lutut, langsung aja ku terjang banjir
tersebut dan langsung menuju peron penumpang, setelah masuk disana sudah ada
purwo dan wawan, untung saja aku tidak terlambat naik kereta ini, Syukur
Alhamdulillah tiada kata yang patut terucap dari mulutku semua karena Allah
sehingga aku bisa tidak telat, setelah itu aku, Purwo dan Wawan segera naik ke
kereta mencari tempat duduk.Aku berdekatan dengan Wawan, tapi tidak dengan
purwo karena beli tiketnya tidak bareng, namun tetap satu gerbong. Lega Rasanya
udah naik diatas kereta kumerenung kejadian yang terjadi barusan.
Jakarta emang sering macet apalagi
ditambah dengan hujan seperti itu , maka jalanan langsung tergenag air dan
mobil- mobil tak bisa jalan, sebelum naik keatas kereta aku sempat cerita2 dulu
ke purwo dan wawan. Dan ternyata setelah diatas kereata bapak yang bareng aku di kopaja tadi temapat
duduknya dekat dengan purwo dan bercerita yang sama seperti ceritaku.
0 comments:
Post a Comment