Ads 468x60px

Monday, January 13, 2014

Cilacap Kota Sejuta Pantai


Selasa, 24 Desember 2013

                Perjalanan detik yang selalu berputar pada jarum jam, hingga berganti hari dan bulan. Kini aku telah masuk dalam bulan terakhir dalam kalender Masehi.  Senang rasanya dalam hati setelah lama meninggalkan rumah. Moment akhir tahun yang selalu menyisahkan liburan panjang tidak pernah absen kulakukan untuk pulang ke kampung halaman.
                Pulang kampung akhir tahun ini beda dari biasanya. Aku mampir dulu ke daerah Jawa Tengah tepatnya ke Cilacap. Disana terdapat 2 orang teman baikku Risyad L.P dan Imam H.H. Alhamdulillah setelah 2 tahun menjadi teman mereka aku berkesempatan mengunjungi kota kelahirannya yang terkenal dengan kota yang memiliki banyak pantai serta dekat dengan sebuah pulau yang selama ini banyak kudengar di TV sebagai Pulaunya Narapidana, Yups.. Pulau Nusakambangan.
                Sore itu aku berangkat bersama Imam selepas kuliah, sedangkan Risyad Berangkat duluan karena dia mampir dulu ke Rumah saudaranya. Aku naik Angkot 61 menuju Pool Bus Sinar Jaya yang akan membawaku melesat ke Cilacap. Susana Pool Bus sudah sangat ramai seperti biasa karena menjelang libur Natal dan Tahun baru. Beruntung ada Mahmud adek tingkat yang berasal dari Cilacap juga. Dia yang mengantrikan untuk mendapatan tiket. Akhirnya setelah antrian yang cukup panjang tiket didapatkan dengan jadwal keberangkatan pertama pukul 18.00. Kami berangkat menuju Cilacap total 4 orang dengan Bus Executif seharga tiket Rp 85.000,00 per orang.
                Jarak dari Cibitung ke Cilacap lumayan jauh, aku sampai di Terminal Cilacap sekitar Pukul 03.30 Wib. Sesampainya disana aku langsung mencari mushollah karena memang belum menjalankan kewajiban. Hujan tengah mengguyur kota ini, kami sholat dan berteduh hingga waktu shubuh tiba dan menjalankan sholat shubuh di Mushollah tersebut. Tak lama setelah sholat shubuh orang tua Risyad menjemput kami. Perjalanan lanjut menuju rumah Risyad.
                Hujan yang turun walaupun tidak begitu lebat namun berlangsung dengan cukup lama hingga siang hari. Di Rumah Risyad aku bemain bersama adeknya yang masih duduk di bangku SD namanya Dani. Karena Hujan yang tak kunjung berhenti hingga aku belum bisa menikmati suasana kota ini. Tak terasa waktu dhuhur telah tiba, aku mengajak Dani pergi ke Masjid. Di sana aku bertemu dengan Imam, yang memang rumah mereka berdekatan. Seusai sholat aku mampir kerumah Imam sebentar lalu kembali ke rumah Risyad beserta Imam.

                Perjalanan yang cukup jauh membuat badan tak bisa menolak kodrat untuk merasakan letih. Siang hari kugunakan waktu untuk beristirahat. Sore hari aku baru berkesempatan jalan–jalan menikmati Kota Cilacap. Perjalanan dimulai dengan mnegujungi pantai yang cukup terkenal disana yaitu Panti Teluk Penyu. Tak jauh dari teluk penyu terdapat Benteng Pendem dan Kawasan pertamina. Kami menghabiskan waktu senja dengan menikmati deburan Ombak  di Panta Teluk Penyu.


               
          Setelah matahari benar-benar tenggelam dan suasana pantai sudah sepi aku melanjutkan perjalanan kali ini ke Alun-alun Kota Cilacap dan sholat Maghrib di Masjid Jami Cilacap yang berada di sekitar alun-alun. Udara dingin yang mulai berhembus membuat cacing dalam perut meminta asupan makanan. Akhirnya kami mencari warung angkringan pinggir jalan untuk membeli beberapa bungkus Nasi Kucing untuk kami nikmati sebagai teman menghabiskan malam Kota Cilacap.
                Puas menikmati Nasi Kucing dengan beberapa tusuk usus dan ati serta wedang susu jahe, kami kembali ke rumah Risyad mengingat keesokan harinya aku harus melanjutkan perjalanan ke kampung halamanku dengan jadwal tiket kereta pukul 06.30 Wib dari Stasiun Kroya. Stasiun yang terdekat yang berada di Kabupaten Cilacap dan dilewati oleh kereta jarak jauh. Stasiun Kroya lumayan jauh sekitar 40 km dari Kota Cilacap.
               Sesampainya di rumah Risyad, ibunya bilang bahwa aku ke stasiunnya diantar saja karena lumayan jauh dan jika naik kendaraan umum tidak berhenti di depan stasiun langsung. Awalnya aku akan di antar oleh Imam. Namun karena Imam juga tidak tahu persis lokasinya sehingga tawaran tersebut kusetujui bersama dengan Imam.
                Seharian aku hanya di rumah Risyad dan belum ke tempat Imam, maka malam harinya aku berniat untuk menginap di rumah Imam. Aku pamit ke Ibu Risyad dan pergi menuju rumah Imam sedangkan barang-barangku masih tetap di rumah Risyad karena besoknya pagi aku akan kesitu lagi dan diantar ke Kroya.
               Aku pergi bersama bersama Imam dan sebelum pulang aku diajak Imam untuk mampir ke SMA 1 Cilacap, SMA tempat 2 temanku itu mengenyam bangku SLTA. Setelah mampir sebentar aku bertolak menuju rumah Imam. Waktu yang menunjukkan telah larut, di rumah Imam sudah sepi dan sudah pada Istirahat.
            Keesokan harinya setelah sholat shubuh, hujan turun dengan cukup lebat menyapa akan kepergianku dari Kota Cilacap ini. Hujan berlangsung tidak begitu lama dan cukup untuk membasahi bumi Cilacap di pagi ini. Setelah sarapan aku menuju rumah Risyad. Setelah semua siap kami berangkat menuju Stasiun Kroya. Perjalanan dengan mobil tidak begitu lama sekiata 40 menit aku sudah sampai. Perjalanan kulanjutkan menuju kota Bangil, kota yang menjadi kota kelahiranku. Aku naik kereta Logawa dengan relasi Purwokerto-Jember. Kereta ini juga melewati Bangil sehingga aku bisa langsung turun di Stasiun Bangil.

Terima kasih Sobatku Risyad dan Imam beserta kelauarga yang sangat baik kepadaku selama seharian penuh. J Kutunggu kalian mampir ke kota kelahiranku Bangil.
  


Artikel Terkait Curcol

0 comments:

Post a Comment