Ads 468x60px

Friday, November 1, 2013

Jalan yang Benar


Rabu, 30 Oktober 2013

Bulan Oktober, bulan dimana hujan sudah mulai tak sungkan untuk turun membasahi kota tempat tinggalku sekarang ini. Memang tidak tiap hari turun hujan tapi tercatat dalam memoriku, 2 kali hari rabu dibulan ini basah oleh tetesan ujan yang cukup lebat. Air sisa hujan masih menggenang dan menjadikan dataran yang biasanya keras menjadi lembek. Semakin terasa lekat suasana pedesaan yang khas dari Tanah Sunda ini.

Petang itu seperti biasa kulaksanakan Sholat Maghrib dimasjid terdekat. Tempat tinggalku sekarang tidak seperti 2 tempat tinggalku dahulu yang dekat dengan Mushollah maupun Masjid. Untuk menuju masjid terdekat harus kulalui dengan menyeberangai jalan besar Tegal Danas yang menghubung dengan Kota Deltamas. Perjalanan berangkat menuju masjid lancar dan terkendali walaupun terlihat kemacetan yang cukup panjang. Setelah selesai kulaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim aku segera pulang menuju kosan.

”Ikutilah jalan yang yang benar sesuai proses, jangan mengambil jalan pintas yang sepertinya itu lebih baik menurut pandanganmu. Nikmati prosesnya karena sesuatu yang instant tak selamanya baik”

Ditengah perjalanan yang kulalui ternyata antrian kendaraan yang akan melewati jembatan tegal danas masih cukup panjang. Antarian hanya terjadi di sisi jalan yang menuju Pasar Tegal danas yang searah dengan yang aku lali saat ini. melihat antrian yang cukup panjang ini aku berinisiatif memotong jalan melewati pembatas ruas jalan ditengah yang ditumbuhi pohon- pohon besar dan memang banyak juga orang yang lewat situ.

Tanah basah terkena cucuran air hujan menyababkan tanah menjadi lengket dan menempel diroda sepedaku. Kurasakan kayuhanku semakin berat ketika sampai ditengah- tengah. Tiba – tiba sepeda yang kutumpangi terhenti tidak bisa kukayuh. Aku turun dan ku cek sepedaku ternyata lumpur sudah sangat banyak yang menempel diroda. Terdapat “selebor” disepedaku sehingga lumpur yang menempel tidak bisa lepas ditambah terjepit pula oleh rem.

Ini adalah akibat aku tidak mengikuti jalan yang benar. Kubersihkan lumpur yang menempel di ban dan selebor dengan menggunakan kayu seadanya. Lumayan lama pula aku membersihkan lumpur ini.  Keringatpun mulai keluar dan menetes dari pori – pori tubuhku. Ketika roda rudah mulai bisa berputar langsung saja aku kayuh lagi walaupun lumayan berat karena masih ada lumpur yang tersisa. Diperjalanan aku mecoba melewati jalan yang masih banyak digenangi air  hingga sisa- sisa lumpur itu lepas sendirinya terkena air tersebut. 


Artikel Terkait Curcol

0 comments:

Post a Comment