Ads 468x60px

Wednesday, April 17, 2013

Pendakian Gunung Papandayan (part II)


13 April 2013

Pendakian menuju Puncak Papandayan





Beautiful scenery

         Malam hari kulewati tidur dialam terbuka dikaki Gunung Papandayan, hawa dingin membangunkanku dari tidur embun yang ada serasa gerimis dan membasahi tenda yang dijadikan sebagai selimut dimalam itu, ku tengok jam tangan menunjukkan Pukul 03.00 dini hari udara begitu dingin membuat seluruh badan menggigil aku yang terbangu ternyata tidak sendirian ada Sendi juga yang ternyata terbangun di pagi ini. kutengok ke angkasa terlihat berjuta bitang diangkasa yang memancarkan sinarnya dengan mantap,  tanpa beradu dengan cahaya lampu – lampu perkotaan membuat Cahaya begitu terang.

                Puas dengan pemandangan dini hari ini, karena temperatur udara yang sangat rendah membuat aku kembali lagi memejamkan mata hingga baru terbangun sekitar pukul 04.30 WIB dan aku bergantian dengan teman2 melaksanakan sholat dan yang lain menyalakan api. Agak sulit untuk menyalakan api di ruang terbuka semacam ii karena angin yang begitu kencang namun akhirnya bisa juga dan berhasil mendidihkan air yang digunakan untuk membuat “ener**n” sebagai pengisi tenaga untuk memulai pendakian.

                Sekitar pukul 06.00 WIB, aku mulai pendakian dan berlomba dengan matahari yang juga tak mau kalah mulai meninggi di ufuk timur. Pendakian di Gunung papadayan lumayan rame saat aku beragkat start terlihat juga ada sekitar 3 skuad lain yang sedang berjalan menyusuri jalan, salah satuya adalah rombongan skuad dari Trisakti yang nantinya bersama terus hingga sampai Puncak. ^_^


                Perjalanan menuju puncak Papandayan, para pedaki akan disuguhi pemandangan yang luar biasa menakjubkan inikah bukti kekuasaan Allah SWT yang wajib kita renungkan dan pikirkan serta Syukuri, dengan pemandangan ini pantaslah Garut mendapat julukan SWISS VAN JAVA. Jalur pendakian awal- awal akan masuk kawasan belerang dengan banyak asap sehingga sangat disarankan bagi rekan- rekan yang ingin kesini untuk siap –siap masker. Setelah melewati kawasan belerang ini akan ketemu dengan jalan turun belok kanan yang menurut referensi yang aku baca akan membawa menuju Podok Salada sebuah padang rumput yang cukup luas dan menjadi favorit untuk tempat Camp para pendaki, untuk mencapai pondok salada ini bisa dicapai dalam waktu ±3 jam dari Camp Davis.






                Namun aku dan skuad karena masih pertama kesini tidak belok kanan dan memilih langsung belok kiri dengan tanjakan yang lumayan terjal. ternyata jalan yang kita pilih ini langsung membawa kami menuju Hutan Mati, disebut demikian karena area ini adalah bekas erupsi letusan tahun 2002 sehingga tanaman yang ada mati semua. Hutan mati saat pagi ini terlihat begitu indahnya dengan kabut yang menyelimuti memberi kesan mencekam namun sangat indah, ternyata banyak juga pendaki di belakang kami yang mengikuti jalan yang kami tempuh, ya mungkin karena kami yang berada di depan dan yang lainpun juga merupakan pedaki pemula.






                Setelah melewati hutan mati ini perjalanan berlanjut dengan mengikuti tanda yang ditinggalkan para pendaki terdahulu, tak lupa skuadku juga meninggalkan tanda tali rafia yang diikat di pohon, melalui tanda ini akhirnya aku sampai ke tempat yang menurut para pendaki adalah temat terindah yang ada di Papadayayan yaitu Tegal Alun, sebuah padang Edelweis yang sangat luas yang akan memanjakan mata, pemandangan ini harus dibayar dengan sebelumnya harus melewati Tanjakan Mamang yang lumayan terjal. Gunung Papandayan cocok untuk pendaki pemula dengan medan yang tidak begitu Terjal selain itu banyak sumber air yang tersedia salah satunya di tegal alun ini, untuk menuju tempat air ini dari saat pertama masuk kawasan Tegal Alun, pendaki tinggal ambil jalan lurus dan nanti akan menemui aliran air yang sangat jernih, jalan ini juga merupakan jalan menuju puncak Gunung Papandayan. Para pendaki biasanya tidak melanjutkan sampai ke puncak karena menurut info Puncak Papandayan keindahannya bisa dikatakan masih dibawah Tegal Alun.










                Di tegal alun dan aku skuadku beristirahat agak lama mengingat hari sudah menjelang siang dan perut sudah mulai kroncongan diputuskan disini masak mie instan utuk mengganjal perut. Setelah itu perjalanan lanjut menuju puncak, namanya juga mendaki jadi kurang afdol jika tidak sampai ke puncaknya.  Hehehe.. Perjalanan menuju puncak agak berbeda dengan perjalanan dari awal Camp sampai Tegal alun, sekarang perjalanan mulai agak masuk ke hutan dengan banyak pohon yang tumbang dan menghalangi jalan, sekitar perjalanan 1 jam sampailah ke Puncak papandayanan namun ini bukan puncak yang tertinggi dan diberi nama Puncak Bayangan, dari sini terlihat pemandangan yang lumayan bagus kelihatan berapa besarnya padang edelweis di Tegal Alun.


Perjalanan lanjut menuju Puncak yang sesungguhnya, namun dalam perjalanan menuju puncak ini ada sedikit konflik yang terjadi, mungkin aku yang salah atau gimana , aku merasa perjalanan menuju puncak kali ini tidak seperti perjalanan awal yang senang- senang, skuad yang depan semakin kencang tak menghiraukan yang ada di belakang. Akhirnya aku agak sedikit dengan nada tinggi protes dengan perjalanan ini dan aku bilang “Kalau memang tidak mau lanjut sampai puncak ya mending balik saja”. Ya memang pertimbangan waktu yang sudah siang akhirya setelah dengan konflik ini diputuskan tetap lanjut menuju puncak dengan catatan jika sampai pukul 14.00 belum sampai puncak maka perjalanan dihentikan dan balik turun. Ternyata tidak begitu lama sekitar 10 menit dari lokasi konflik aku dan skuadku sampai juga di Puncak Papandayan yang memiliki ketinggian 2622 DPL. Dan saat kutengok jam tangan yang melingkar di tangan masih menunjukkan pukul 13.15an, perjalanan menuju puncak ini memakan waktu  ±50menit dari Puncak bayangan dan jika di hitung dari tegal alun hingga sampai pucak memakan waktu ±2 jam.
               


               


Artikel Terkait Curcol

0 comments:

Post a Comment