Sabtu, 30 November
2013
Ngaliwet/Ngeliwet/Ngliwet mungkin sudah tidak asing lagi di telinga
masyarakat Indonesia. Ngeliwet sebenarnya
adalah suatu nama yang digunakan untuk cara memasak nasi yang paling sederhana
dengan cara mencampur air dengan beras yang sudah dicuci, kemudian merebusnya
di atas api sedang hingga airnya habis dan nasi masak.
Di berbagai daerah mengkin terdapat perbedaan cara dan nama untuk ngliwet,
ada yang memasaknya dengan ditambahi dengan garam, rempah-rempah, serai, santan
serta dengan tambahan ikan asin ataupun bahan tambahan lain yang diletakkan
diatas nasi saat dimasak sehingga nasi yang dimasak menjadi terasa gurih
seperti nasi uduk. Cara memasak seperti ini adalah yang aku temukan di Tanah Sunda.
Sedangkan ditanah kelahiranku (Jawa Timur) ngeliwet hanya istilah untuk memasak
nasi yang paling simple dengan sekali
meletakkan panci diatas api hingga nasi masak dan pada prosesnya tanpa ada
tambahan bumbu apa-apa.
Kembali pada pembahasan mengenai Ngaliwet yang ada di Tanah Sunda. Disini
Ngaliwet lebih dari sekedar memasak nasi namun sebuah tradisi masyarakat dengan
banyak sekali manfaat yang bisa diambil. Ngaliwet merupakan Tradisi Masak dan
Makan bersama yang sangat baik utuk membina kebersamaan dan keakraban diantara
sesama. Untuk waktu pelaksanaannya fleksibel dan banyak pemuda yang biasanya
melaksanakannya diakhir pekan. Juga untuk bahan yang dimasak tergantung selera
biasanya ketika akan dilakukan ngaliwet maka para anggota akan saling patungan
untuk mendapatkan bahan makanan yang dibutuhkan. Sungguh suatu kebersamaan yang
tiada tara.
Aku dan teman – teman hari ini merasakan kebersaman Ngaliwet yang pertama
kali ditanah sunda tepat pada hari Sabtu malam diakhir bulan November 2013,
suatu penutupan bulan dengan kenangan yang indah. Ibu kosan mengatakan kepada
teman-teman bahwa nanti malam akan ada bakar-
bakar.
Tepat setelah Isya acara dimulai dengan acara bakar Ikan Mas dan Nasi
Liwet didepan kosan lebih tepatnya didepan rumah ibu yang punya kosan. Suasana
yang sangat hangat dimalam ini bisa berkumpul bersama dengan tetangga saling
bantu - membantu memasak dengan diiringi canda dan tawa yang menghiasai malam
minggu ini. Padahal yang ngeliwet dan menyiapkan semuanya sebenarnya adalah
ibu-ibu yang ada disini, aku dan teman- teman hanya menunggu makanan matang,
heheheh
Kepulan asap dari kayu bakar dan arang yang digunakan untuk masak mulai
berkurang dan menunjukkan bahwa acara masak bersama ini telah hampir selesai
dan tinggal menunggu giliran tradisi selanjutnya untuk menikmati hasil masakan
tadi dengan bersama-sama. Daun pisang mulai dipasang memanjang diteras rumah
ibu kos dan tak lupa nasi mulai disebar beserta ikan bakar dan sambel yang
mengiringi.
Setelah semua telah siap dihidangkan mulailah kami makan bersama dengan
duduk berjajar dan berhadan menikmati Nasi Liwet yang Gurih dan di hidangkan
diatas daun pisang. Suasana kebersamaan yang cukup menambah memori keindahan
dalam hidupku. Canda tawa untuk saling mengakrabkan juga tak sepi mewarnai
makan bersama ini. Aku jadi teringat akan kebiasaan dulu dengan teman MTNU
hampir tiap akhir pekan selalu melaksanakan tradisi seperti ini yang disana
disebut dengan “Mayoran”.
Hingga selesai makan suasana keakraban masih saja terpelihara. Petikan
gitar dan lagu yang silih berganti menggema di malam ini. Tak terasa waktu telah
menunjukkan tengah malam dan hari telah berganti. Akhirnya usai sudah acara
malam ini, berharap semoga suasana seperti ini bisa terulang lagi sebelum aku
dan teman- teman meninggalkan tanah Sunda ini. Terima kasih Pak dan Ibu kos
serta masyarakat sekitar yang telah menerima kami dengan sangat baik dan bisa
menjadikan kami sebagai kelurga baru hingga dikenalkan dengan tradisi yang ada
disini.
0 comments:
Post a Comment