13 April 2013
Pendakian menuju Puncak Papandayan
Beautiful scenery |
Malam hari kulewati tidur dialam terbuka dikaki
Gunung Papandayan, hawa dingin membangunkanku dari tidur embun yang ada serasa
gerimis dan membasahi tenda yang dijadikan sebagai selimut dimalam itu, ku
tengok jam tangan menunjukkan Pukul 03.00 dini hari udara begitu dingin membuat
seluruh badan menggigil aku yang terbangu ternyata tidak sendirian ada Sendi
juga yang ternyata terbangun di pagi ini. kutengok ke angkasa terlihat berjuta
bitang diangkasa yang memancarkan sinarnya dengan mantap, tanpa beradu dengan cahaya lampu – lampu
perkotaan membuat Cahaya begitu terang.
Puas
dengan pemandangan dini hari ini, karena temperatur udara yang sangat rendah
membuat aku kembali lagi memejamkan mata hingga baru terbangun sekitar pukul
04.30 WIB dan aku bergantian dengan teman2 melaksanakan sholat dan yang lain
menyalakan api. Agak sulit untuk menyalakan api di ruang terbuka semacam ii
karena angin yang begitu kencang namun akhirnya bisa juga dan berhasil
mendidihkan air yang digunakan untuk membuat “ener**n” sebagai pengisi tenaga
untuk memulai pendakian.
Sekitar
pukul 06.00 WIB, aku mulai pendakian dan berlomba dengan matahari yang juga tak
mau kalah mulai meninggi di ufuk timur. Pendakian di Gunung papadayan lumayan
rame saat aku beragkat start terlihat juga ada sekitar 3 skuad lain yang sedang
berjalan menyusuri jalan, salah satuya adalah rombongan skuad dari Trisakti yang
nantinya bersama terus hingga sampai Puncak. ^_^
Perjalanan
menuju puncak Papandayan, para pedaki akan disuguhi pemandangan yang luar biasa
menakjubkan inikah bukti kekuasaan Allah SWT yang wajib kita renungkan dan
pikirkan serta Syukuri, dengan pemandangan ini pantaslah Garut mendapat julukan
SWISS VAN JAVA. Jalur pendakian awal- awal akan masuk kawasan belerang
dengan banyak asap sehingga sangat disarankan bagi rekan- rekan yang ingin
kesini untuk siap –siap masker. Setelah melewati kawasan belerang ini akan
ketemu dengan jalan turun belok kanan yang menurut referensi yang aku baca akan
membawa menuju Podok Salada sebuah padang rumput yang cukup luas dan
menjadi favorit untuk tempat Camp para pendaki, untuk mencapai pondok salada
ini bisa dicapai dalam waktu ±3 jam dari Camp Davis.
Namun
aku dan skuad karena masih pertama kesini tidak belok kanan dan memilih
langsung belok kiri dengan tanjakan yang lumayan terjal. ternyata jalan yang
kita pilih ini langsung membawa kami menuju Hutan Mati, disebut demikian
karena area ini adalah bekas erupsi letusan tahun 2002 sehingga tanaman yang
ada mati semua. Hutan mati saat pagi ini terlihat begitu indahnya dengan kabut
yang menyelimuti memberi kesan mencekam namun sangat indah, ternyata banyak
juga pendaki di belakang kami yang mengikuti jalan yang kami tempuh, ya mungkin
karena kami yang berada di depan dan yang lainpun juga merupakan pedaki pemula.
Setelah
melewati hutan mati ini perjalanan berlanjut dengan mengikuti tanda yang
ditinggalkan para pendaki terdahulu, tak lupa skuadku juga meninggalkan tanda
tali rafia yang diikat di pohon, melalui tanda ini akhirnya aku sampai ke
tempat yang menurut para pendaki adalah temat terindah yang ada di Papadayayan
yaitu Tegal Alun, sebuah padang Edelweis yang sangat luas yang akan
memanjakan mata, pemandangan ini harus dibayar dengan sebelumnya harus melewati
Tanjakan Mamang yang lumayan terjal. Gunung Papandayan cocok untuk
pendaki pemula dengan medan yang tidak begitu Terjal selain itu banyak sumber
air yang tersedia salah satunya di tegal alun ini, untuk menuju tempat air ini dari
saat pertama masuk kawasan Tegal Alun, pendaki tinggal ambil jalan lurus dan
nanti akan menemui aliran air yang sangat jernih, jalan ini juga merupakan
jalan menuju puncak Gunung Papandayan. Para pendaki biasanya tidak melanjutkan
sampai ke puncak karena menurut info Puncak Papandayan keindahannya bisa
dikatakan masih dibawah Tegal Alun.
Di
tegal alun dan aku skuadku beristirahat agak lama mengingat hari sudah
menjelang siang dan perut sudah mulai kroncongan diputuskan disini masak mie
instan utuk mengganjal perut. Setelah itu perjalanan lanjut menuju puncak,
namanya juga mendaki jadi kurang afdol jika tidak sampai ke puncaknya. Hehehe.. Perjalanan menuju puncak agak
berbeda dengan perjalanan dari awal Camp sampai Tegal alun, sekarang perjalanan
mulai agak masuk ke hutan dengan banyak pohon yang tumbang dan menghalangi
jalan, sekitar perjalanan 1 jam sampailah ke Puncak papandayanan namun ini
bukan puncak yang tertinggi dan diberi nama Puncak Bayangan, dari sini
terlihat pemandangan yang lumayan bagus kelihatan berapa besarnya padang
edelweis di Tegal Alun.
Perjalanan
lanjut menuju Puncak yang sesungguhnya, namun dalam perjalanan menuju puncak
ini ada sedikit konflik yang terjadi, mungkin aku yang salah atau gimana , aku
merasa perjalanan menuju puncak kali ini tidak seperti perjalanan awal yang
senang- senang, skuad yang depan semakin kencang tak menghiraukan yang ada di
belakang. Akhirnya aku agak sedikit dengan nada tinggi protes dengan perjalanan
ini dan aku bilang “Kalau memang tidak mau lanjut sampai puncak ya mending
balik saja”. Ya memang pertimbangan waktu yang sudah siang akhirya setelah
dengan konflik ini diputuskan tetap lanjut menuju puncak dengan catatan jika
sampai pukul 14.00 belum sampai puncak maka perjalanan dihentikan dan balik
turun. Ternyata tidak begitu lama sekitar 10 menit dari lokasi konflik aku dan
skuadku sampai juga di Puncak Papandayan yang memiliki ketinggian 2622
DPL. Dan saat kutengok jam tangan yang melingkar di tangan masih menunjukkan
pukul 13.15an, perjalanan menuju puncak ini memakan waktu ±50menit dari Puncak bayangan dan jika di
hitung dari tegal alun hingga sampai pucak memakan waktu ±2 jam.
Bersambung ke Perjalanan Turun Gunung Papandayan
0 comments:
Post a Comment