Minggu, 23 Februari
2014
Pagi hari
tempatku domisili telah diguyur hujan yang cukup lebat. Beberapa hari ini hujan
kembali mewarnai pagiku dan matahari tidak kelihatan sinarnya. Tak pelak
keadaan ini menimbulkan duka kembali bagi masyarakat ibukota dengan kedatangan
banjir. Mungkin juga berimbas terhadap masyarakat lain.
Hari ini
minggu pertama yang kutemui di Cikarang setelah merasakan suasana kampung
halaman. Aku teringat akan kebiasaan dulu yang hadir di Masjid At-Tauhid atau
lebih dikenal dengan Masjid Raya Kota Deltamas. Dulu saat aku masih ngontrak di
Catalonia B10, tiap minggu pagi hampir tidak pernah absen untuk hadir
mendengarkan pengajian bertema keluarga. Setelah pindah kontrakan kebiasaan
tersebut menjadi tidak istiqomah lagi.
Pernah sekali
waktu aku datang ke pengajian ahad pagi tersebut. Sudah banyak hal berbeda.
Salah satunya adalah waktu dimulainya pengajian yang semakin siang. Jika dahulu
pukul 07.00 WIB sudah dimulai dan selesai pukul 08.00 WIB namun saat ini baru
dimulai sekitar pukul 08.00 WIB. Dan semakin hari ternyata jamaah yang hadir
tidak semakin bertambah.
Hari ini
keinginanku untuk hadir kembali di majlis tersebut kembali menggebu. Namun
sayangnya hujan telah menyapa pagiku hingga aku tak kuasa basah kuyup dengan
sepeda untuk pergi ke Deltamas. Suasana dingin pagi ini membuatku tertidur
kembali. Aku terbangun saat hujan mulai reda. Kulihat ada cahaya matahari yang
menyinari. Aku bimbang antara ingin pergi dan tidak. Akhirnya aku bergegas karena
melihat suasana luar kosan yang memang telah panas terkena sinar mentari.
Aku berangkat
mengayuh sepedaku. Kali ini aku lewat jalan raya biasa, bukan jalan pintas
dekat tol karena pasti becek banget dan tidak bisa dilewati. Belum sampai
dijalan raya tegal danas hujan kembali turun lumayan deras walaupun langit
tidak gelap. Terjadi pertempuran dalam hatiku untuk meneruskan atau balik lagi
ke kosan. Aku memlilih meneruskan dan mencari tempat berteduh.
Sampai di
jalan raya kutengok ada penjual ketoprak yang tidak asing bagiku. Di sana juga
banyak orang yang berteduh karena memang tempat yang lumayan besar dan enak
untuk berteduh. Aku langsung saja bergegas menuju ke sana. Seporsi ketoprak
kupesan menemaniku menunggu hujan reda. Di tengah menunggu hujan reda aku
berpikir perjalan yang lumayan jauh jika lewat jalan raya bisa memakan 20 menit
serta kondisi yang hujan, aku akhirnya memutuskan untuk batal menghadiri Masjid
Raya Kota Deltamas.
Setelah
kulahap sepiring ketoprak yana kupesan, aku tidak berbegas pulang ke kosan. Kusempatkan
untuk berbincang-bincang dahulu dengan Mas penjual ketoprak yang sering kutemui
di Mushollah. Sambil meracik bumbu dan menguleknya Mas dari tegal ini mengajak
aku ngobrol. Biasanya mas ini jualnya di Kodim Pemda namun karena ini hari
minggu pemda sepi. Jadi Mas ini jual di sini, begitu katanya. Lumayan lama juga
aku ngobrol-ngobrol, Masnya bercerita dari dia dahulunya ikut kerja bangunan di
Deltamas, kuli di Jakarta hingga akhirnya jualan ketoprak yang dia katakan baru
8 bulan ini.
Setelah kurang
lebih sejam aku nongkrong disini, kuakhiri obrolan pagi kali ini dengan mas
penjual ketoprak dari Tegal ini, kalo nggak salah gerobaknya tertulis “Ketoprak
Mas Wandi”. Satu Hal yang cukup menarik, saat aku selesai makan dan membayar
seporsi ketoprak +segelas air minum kemasan. Kuberikan uang 10 ribu namun aku
dikasih kembalian 5 ribu. Hal yang cukup aneh karena harga ketoprak biasaya 6-7
ribu. Saat aku duduk di situ dan memperhatikan orang-orang yang membayar
harganya juga 6 ribu. Kucoba untuk menanyakan kok aku diberi kembalian 5 ribu,
tidak begitu jelas kudengar apa yang katakan oleh Mas dari Tegal itu dan keburu
ada orang lagi yang memesan ketoprak. Aku yakin bukan karena tidak ada
kembalian, karena banyak juga orang yang bayar dengan uang pas dan ada uang
pecahan ribuan.
Dalam hati aku
hanya memuji Mas ini, ternyata baik juga karena sudah merasa kenal dengan aku
sehingga aku diberi diskon khusus. Makasih yo Mas.
“Dalam hidup ini ada orang baik dan jahat. salah satu tempat orang baik
adalah Masjid. Orang baik kelihatan dari kebiasaannya menjalankan sholat wajib
di Masjid”
“Membangun jaringan sangat penting dalam kehidupan ini. Manusai tetap
makluk sosial yang butuh orang lain, apalagi di daerah rantau. Perasaan
kekeluargaan dari orang yang merasa berasal dari daerah yang sama (baca
jawa)akan lebih terasa dekat”Ketoprak Wonk Tegal
Minggu, 23 Februari
2014
Pagi hari
tempatku domisili telah diguyur hujan yang cukup lebat. Beberapa hari ini hujan
kembali mewarnai pagiku dan matahari tidak kelihatan sinarnya. Tak pelak
keadaan ini menimbulkan duka kembali bagi masyarakat ibukota dengan kedatangan
banjir. Mungkin juga berimbas terhadap masyarakat lain.
Hari ini
minggu pertama yang kutemui di Cikarang setelah merasakan suasana kampung
halaman. Aku teringat akan kebiasaan dulu yang hadir di Masjid At-Tauhid atau
lebih dikenal dengan Masjid Raya Kota Deltamas. Dulu saat aku masih ngontrak di
Catalonia B10, tiap minggu pagi hampir tidak pernah absen untuk hadir
mendengarkan pengajian bertema keluarga. Setelah pindah kontrakan kebiasaan
tersebut menjadi tidak istiqomah lagi.
Pernah sekali
waktu aku datang ke pengajian ahad pagi tersebut. Sudah banyak hal berbeda.
Salah satunya adalah waktu dimulainya pengajian yang semakin siang. Jika dahulu
pukul 07.00 WIB sudah dimulai dan selesai pukul 08.00 WIB namun saat ini baru
dimulai sekitar pukul 08.00 WIB. Dan semakin hari ternyata jamaah yang hadir
tidak semakin bertambah.
Hari ini
keinginanku untuk hadir kembali di majlis tersebut kembali menggebu. Namun
sayangnya hujan telah menyapa pagiku hingga aku tak kuasa basah kuyup dengan
sepeda untuk pergi ke Deltamas. Suasana dingin pagi ini membuatku tertidur
kembali. Aku terbangun saat hujan mulai reda. Kulihat ada cahaya matahari yang
menyinari. Aku bimbang antara ingin pergi dan tidak. Akhirnya aku bergegas karena
melihat suasana luar kosan yang memang telah panas terkena sinar mentari.
Aku berangkat
mengayuh sepedaku. Kali ini aku lewat jalan raya biasa, bukan jalan pintas
dekat tol karena pasti becek banget dan tidak bisa dilewati. Belum sampai
dijalan raya tegal danas hujan kembali turun lumayan deras walaupun langit
tidak gelap. Terjadi pertempuran dalam hatiku untuk meneruskan atau balik lagi
ke kosan. Aku memlilih meneruskan dan mencari tempat berteduh.
Sampai di
jalan raya kutengok ada penjual ketoprak yang tidak asing bagiku. Di sana juga
banyak orang yang berteduh karena memang tempat yang lumayan besar dan enak
untuk berteduh. Aku langsung saja bergegas menuju ke sana. Seporsi ketoprak
kupesan menemaniku menunggu hujan reda. Di tengah menunggu hujan reda aku
berpikir perjalan yang lumayan jauh jika lewat jalan raya bisa memakan 20 menit
serta kondisi yang hujan, aku akhirnya memutuskan untuk batal menghadiri Masjid
Raya Kota Deltamas.
Setelah
kulahap sepiring ketoprak yana kupesan, aku tidak berbegas pulang ke kosan. Kusempatkan
untuk berbincang-bincang dahulu dengan Mas penjual ketoprak yang sering kutemui
di Mushollah. Sambil meracik bumbu dan menguleknya Mas dari tegal ini mengajak
aku ngobrol. Biasanya mas ini jualnya di Kodim Pemda namun karena ini hari
minggu pemda sepi. Jadi Mas ini jual di sini, begitu katanya. Lumayan lama juga
aku ngobrol-ngobrol, Masnya bercerita dari dia dahulunya ikut kerja bangunan di
Deltamas, kuli di Jakarta hingga akhirnya jualan ketoprak yang dia katakan baru
8 bulan ini.
Setelah kurang
lebih sejam aku nongkrong disini, kuakhiri obrolan pagi kali ini dengan mas
penjual ketoprak dari Tegal ini, kalo nggak salah gerobaknya tertulis “Ketoprak
Mas Wandi”. Satu Hal yang cukup menarik, saat aku selesai makan dan membayar
seporsi ketoprak +segelas air minum kemasan. Kuberikan uang 10 ribu namun aku
dikasih kembalian 5 ribu. Hal yang cukup aneh karena harga ketoprak biasaya 6-7
ribu. Saat aku duduk di situ dan memperhatikan orang-orang yang membayar
harganya juga 6 ribu. Kucoba untuk menanyakan kok aku diberi kembalian 5 ribu,
tidak begitu jelas kudengar apa yang katakan oleh Mas dari Tegal itu dan keburu
ada orang lagi yang memesan ketoprak. Aku yakin bukan karena tidak ada
kembalian, karena banyak juga orang yang bayar dengan uang pas dan ada uang
pecahan ribuan.
Dalam hati aku
hanya memuji Mas ini, ternyata baik juga karena sudah merasa kenal dengan aku
sehingga aku diberi diskon khusus. Makasih yo Mas.
“Dalam hidup ini ada orang baik dan jahat. salah satu tempat orang baik
adalah Masjid. Orang baik kelihatan dari kebiasaannya menjalankan sholat wajib
di Masjid”
“Membangun jaringan sangat penting dalam kehidupan ini. Manusia tetap
makhluk sosial yang butuh orang lain, apalagi di daerah rantau. Perasaan
kekeluargaan dari orang yang merasa berasal dari daerah yang sama (baca
jawa)akan lebih terasa dekat”