Pages

Sunday, February 23, 2014

Kuliah Umum CSV (Created shared Value) vs CSR (Corperate Social Responsibility)


Rabu, 19 Februari 2014

Bertempat di ITSB Hall, telah dilakukan Kuliah Umum oleh pemateri tunggal Bapak Dhony Rahajoe selaku President Office dari pihak Sinarmas. Kuliah Umum berlangsung selama 2 jam. Dimulai pukul 10.00 WIB dan diakhiri pukul 12.00 WIB. Peserta yang hadir dalam kuliah umum ini adalah mahasiswa ITSB yang tidak ada jam kuliah beserta segenap dosen.

Dalam kuliah umum ini beliau (Bapak Dhony) memaparkan sejarah singkat berdirinya Sinarmas. Beliau juga mengklarifikasi bahwa Sinarmas sekarang ini bukanlah suatu Perusahaan namun hanya sebuah “Brand”. Menanggapi media yang baru-baru ini memberitakan pendiri Sinarmas yaitu Bapak Eka Tjipta Widjaya menjadi orang terkaya di Indonesia adalah salah besar. Enam pilar sinarmas yang ada di Indonesia sekarang ini sudah independent dengan manajemen tersendiri tidak di bawah Sinarmas.

Masing-masing pilar Sinarmas itu kini sudah di pegang oleh generasi ketiga Pak Eka. Untuk menghormati Pak Eka sebagai pendiri maka masing-masing pilar membentuk jaringan yang tidak melepas Brand Sinarmas. Pilar tersebut yaitu:
Pulp and Paper Product
Agribusiness and Food
Developer and Real Estate
Finance Service
Energy and Infrastructure
Telecommunication
Other (Pendidikan;ITSB dll)
Untuk mempererat hubungan antar pilar dibentuklah Sinarmas Office.

Dalam Strategy management ada yang dikenal dengan Created Share Value (CSV), secara singkatnya merupakan strategy yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk memberi manfaat kepada masyarakat luas namun juga memberi timbal balik kepada perusahaan agar terkesan baik untuk kemajuan citra perusahaan.
Hal ini sedikit berbeda dengan Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan kewajiban perusahaan untuk berbuat baik kepada masyarakat akibat beroperasinya perusahaan dan lebih bersifat tuntutan tanggung jawab sosial.
Dalam Kuliah Umum ini, banyak juga dipaparkan bagaimana kondisi persaingan global. Bapak Dhony Rahajoe banyak menjelaskan mengenai pilar Pulp and Paper, karena selama ini banyak mendapat serangan pihak luar yang dianggap merusak alam. Padahal menurut beliau semua itu tidak benar. Sama seperti gencarnya serangan terhadap minyak sawit yang syarat akan unsur politis persaingan global.
Lanjut beliau lagi sawit adalah “jempol” dengan berbagai keunggulan yang dimiliki. Negara Barat takut kalah saing karena di sana tidak bisa tumbuh sawit. Maka jalan satu-satunya adalah mematikan usaha tersebut dengan menyerang melalui media bahwa baik sawit atau pun kertas merusak lingkungan. Banyak masyarakat umum yang menelan dengan mentah informasi yang banyak beredar di media.

Indonesia merupakan paru-paru dunia di samping India dan Cina. Maka industri Sawit dan Kertas adalah dua diantara bisnis yang masih bisa berkembang dan bisa merajai dunia. Hal itulah yang bangsa- bangsa lain takutkan. 

No comments:

Post a Comment