Pages

Sunday, February 3, 2013

“Meh Ae”

Jumat, 21 Desember 2012

Kuliah di ITSB memiliki perbedaan dengan kampus yang lain, disini tiap akhir tahun ada libur Natal yang digabung dengan Tahun Baru sehingga ada waktu libran yang cukup panjang sekitar 2 minggu, tentunya kesempatan seperti ini  sangat dimanfaatkan untuk pulang kampung bagi mahasiswa yang berasal dari luar kota, apalagi teman2 TPS yang notabene liburan adalah suatu hala yang sangat jarang terjadi. Karena jika ada liburan semester anak TPS tidak libur dan dipakai Untuk semester pendek agar cepat lulus, ya itulah yang di mau perusahaan  ada waktu kosong , nasib sebagai mahasiswa ikatan dinas jika yang lain bisa libur sampa 3 bulan tapi tidak bag anak TPS bahkan Libur hari Raya harus berada jauh dikota orang dan di pabrik, namun semua harus disyukuri.
Jumat pagi seusai sholat shubuh, aku dan Hernawan yang telah memilki tiet PP untuk pulang ke Kampung Halaman bergegas siap- siap untuk pergi ke Jakarta, karena kebijakan pt. KAI sekarang ini penumpang semua harus naik dari Jakarta dan kereta tidak berhenti di tiap stasiun seperti bekasi dan lain- lain. Aku berangkat Pagi ke jakartan naik kereta lokal odong – odong dengan trayek jakarta- purwakarta dengan jadwal keberangkatan dari stasiun Lemah Abang pukul 07.20, aku berangkat pagi ke jakarta karena ingin mampir ke Rumah saudara yang ada di pasar minggu, wawan juga mau mampir ke depok , sehingga kesepakatan nanti ketemuan di pasar senen.


Pukul 08.00 kereta lokal yang kutumpangi sampai di stasiun jakarta kota, begegas kuturun dari kereta dan oper KRL jurusan Bogor disana kereta sudah mau berangkat.
“Wan bukan itu keretanya” kataku kepada wawan yang dengan cepat dia masuk ke kereta Commuter line AC jurusan Bogor, karena udah berangakat pintu otomatis tertutup akhirnya kita terpisah beda kereta KRL, aku naik KRL ekonomi sesuai dengan yang tertulis di tiket. Tak lama berselang hepeku bergetar dan kubuka sms dari wawan
“Bang kita ketemu distasiun Jayakarta”
“ oke Wan, aku digerbong belakang sendiri”
Sampai di Jayakarta kereta berhenti dan wawan pindah kereta yang sama denganku, kini kami sudah satu kereta dan tujuanku ke pasar minggu sedangkan wawan ke depok dan turun distasiun UI, setelah berangkat sekitar 1 jam sampailah kereta di Pasar Minggu.
            “Wan aku disek” kataku kepada wawan
            “ iyo Bang, ati- ati” Jawab wawan
            “ Okay, engkok ketemu ndk senen yo “
            “ Sipp !! “
Rumah Bu Neng Khus saudaraku yang berada di pasar minggu agak jauh dari stasiun tempatku turun, dari situ aku naik metromini dan turun didepan gang kelurahan aku luapa namanya, setelah itu aku jalan dikit sekitar 10 menit aku sampai di rumah Bu Neng. Sampai didepan Rumah beliau kulihat pakdhe ada di depan rumah sambil santai dan membaca koran.
“Assalamualaikum...”, sambil kubuka pintu pagar rumah Bu Neng
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb, Oh inud,, masuk ja Nud Budhemu ada didalam “
“ Iya pakdhe “, seera aku masuk rumah setelah bersalaman dengan pakdhe
Didalam ada BuNeng dan lansung mempersilahkanku duduk, Aku ngobrol- ngobrol singkat dengan Beliau, sampai beliau menanyakan
            “ Nud, udah akan?” belum sempat aku menjawabnya langsung saja aku disuruh makan dulu belakang di tempat makan, setelah itu aku kembali lagi ke ruang tengah dan ngobrol lagi dengan Buneng, tak lama ada Mbak Dia datang sambil senyum dan bilang
            “ Udah lama Nud” setelah itu mbak dia pergi menuju kamarnya
Setelah itu ada kabar berita duka kakak dari suaminya mbak dia meninggal dunia dan sekeluarga mau ta’ziyah kesana sedangakan pakdhe g bisa ikut karena kondisi yang tak memungkinkan. Buneng meminta bantuannku nanti kalo sholat jumat yang mendorong kursi rodanya pakdhe. Ketika waktu telah menunjukkan hampir masuk waktu sholat jumat aku dan pakdhe berangkat ke masjid yang g jauh dari rumah.
            Seusai sholat Jumat dan kembali ke rumah aku disuruh makan lagi, kali ini aku makan sama- sama dengan pakdhe, disan sambil ngobrol- ngobrol dan tak terasa waktu telah menunjukkan jam 1 lebih, aku minta pamit ke pakdhe untuk meninggalkan dan pergi ke Stasiun senen. Dan pakdhe memberiku uang buat ongkos dan sebelumnya aku juga dikasih sama Buneng sebelum berangkat ke Masjid.
            Aku berjalan keluar komplek rumah dan naik 2 kali, pertama aku naik angkot kemudian naik kopaja, dan ternyata sekarang ada kopaja AC dengan tarif 5 rb, jika biasanya hanya 2 ribu,  aku kasih kabar ke kakak kalau aku sudah sudah naik kopaja Ac dan kakakku masih belum tau kalao ada kopaja AC yang ke Senen.
            Setelah lama perjalanan aku mulai kuatir kok g nympek2 ke tujuanku kulihat jam sudah menunjukkan pukul 02.30 WIB , kukira sudah dekat namun belum sampai juga. aku mulai cemas ketika ku lihat jalanan yang mulai macet dan genangan air yang mulai meninggi karena hujan yang turun dengan deras ketika sampai di stasiun Gondang Dia ada bapak- bapak yang naik kopaja ini juga dengan basah- basah dan ternyata ku tahu kalo bapak ini memilki tujuan yang sama dengan aku yaitu ke senen dan naik kereta yang sama denganku yatu kereta “kertajaya”.
            Setelah melewati Gondangdia, kopaja keluar ke jalan besar dan apesnya jalanan sangat macet dan tak bisa bergerak, kecemasanku mulai memuncak ku brkali- kali lihat jam tangan, dan au mulai bertanya kepada penumpang yang lain
            “Pak, ini kalo ke senen apa masih jauh?” tanyaku kepada penumpang didekatku
            “ iya mas ini mungkin sekitar 30 menitan lagi” jawab penumpang itu
Aku semakin panik  ketika ku tengok am telah menunjukkan pukul 03.00 WIB pm. Taka lama bapak – bapak yang naik dari gondangdia membaca kecemasanku dan bialang
            “ Mau , ngejar kereata ya Mas “ bilangnya kepadaku
            “ iya Pak, ini keretanya jam 03.30 “.
            “ iya sama mas, ini juga keretanya sama. Udah cari tiketnya susahnya minta ampun masak ini juga mau telat”, bilang bapak itu lagi namun bapak itu tidak menunjukkan kecemasan seperti aku
Terjadilah percakapan yang mulai rame diantara para penumpang ada yang bilang
“ Waduh iya mas ini sudah macet banget didepan, paling ya bisa naik bajai atau ojek tapi sepertinya juga g akan bisa jalan soalnya didepan airnya tinggi”. Begitu kata salah seorang penumpang yang sedikit memberi solusi tapi juga tak yakin dengan solusinya.
Kemudian ada lagi seorang penumpang yang mau memberi solusi sambil basa basi dulu
“ mas keretanya jam berapa ?“
“ jam 3.30 mas “
“ jalan satu- satunya yaitu mas sekarang turun aja, kalo tetap disini in juga percuma, mas coba cari ojek, mungkin bisa ntar lewat jalan belakang”
Aku dan bapak itu turun dan berjalan ke depan cari tukang ojek, aku tanya ke satpam terdekat dan ditunjukkan ke seberanga jalan, tanpa berpikir panjang aku langsung menuju tukang ojek tersebut. Akhinya ketemu dan setelah  bapak itu dan tukang ojek sepakat harga, kami diantar ke stasiun senen, ternyata kalau lewat belakang g begitu jauh sekitar 10 menitan aku udah sampai di stasiun senen.
            Ternyata di stasiun senen air juga menggenang setinggi lutut, langsung aja ku terjang banjir tersebut dan langsung menuju peron penumpang, setelah masuk disana sudah ada purwo dan wawan, untung saja aku tidak terlambat naik kereta ini, Syukur Alhamdulillah tiada kata yang patut terucap dari mulutku semua karena Allah sehingga aku bisa tidak telat, setelah itu aku, Purwo dan Wawan segera naik ke kereta mencari tempat duduk.Aku berdekatan dengan Wawan, tapi tidak dengan purwo karena beli tiketnya tidak bareng, namun tetap satu gerbong. Lega Rasanya udah naik diatas kereta kumerenung kejadian yang terjadi barusan.
Jakarta emang sering macet apalagi ditambah dengan hujan seperti itu , maka jalanan langsung tergenag air dan mobil- mobil tak bisa jalan, sebelum naik keatas kereta aku sempat cerita2 dulu ke purwo dan wawan. Dan ternyata setelah diatas kereata  bapak yang bareng aku di kopaja tadi temapat duduknya dekat dengan purwo dan bercerita yang sama seperti ceritaku.










No comments:

Post a Comment