Pages

Monday, December 17, 2012


“JAKARTA PuyenG”

Minggu , 16 Desember 2012


Terbangun aku dari tidur lelap dipagi ini, ku tengok jam di hapeku menunjukkan pukul 05.00 pagi, segera ku bergegas ke kamar mandi dan mengambil air wudhu kulaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim untuk melaksanakan sholat shubuh, setelah melaksanakan sholat shubuh kubangunkan wawan teringat pesannya semalem yang suruh bangunin dia kalau aku bangun.“ Bang, mene guga aku yo lek tangi isuk”, pesannya tadi malem yang masih teringat lekat di benakku.

Wawan bangun dan sholat shubuh sedangankan aku bersiap- siap akan pergi ke jakarta karena harus membeli sunkrim titipan ibu serta beli Al-Quran terjemahan buat ibu. Aku teringat bahwa aku belum ambil uang.
“ Wan jaluk tolong terno nag ATM ngarep yo gawe sepedae purwo “, kataku minta tolong pada wawan
“ Heem Bang, Mesisan ae ayo tak terno nang Lemah abang”
“ Ga usah wes Wan, Be’e engkok spedae selak di gawe Purwo”
“ Ow ngunu a?, oyi wes “
Lansung aku keluar rumah dan memanasi motor Purwo, dan aku kembali lagi kedalam sekalian bikin susu dan mangambil tas serta ku bawa air mineral, setelah selesai semua dan siap aku berangkat dianter wawan ke ATM terdekat untuk mengambil uang ditenga perjalanan sambil ngobrol- nobrol dengan wawan dia bilang
                “ Bang, engkok aku jumat paling mampir nang Depok disek “
                “ ooo ngunu a Wan, aku kayae engkok yo ate mampir nang pasar minggu”
                “ engkok tolong pean takokno numpak sepor nang depaok iku enake teko ndi “
                “ oke wes ssippp”

Sampai di depan ATM wawan langsung balik dan aku mengambil uang setelah itu pergi ke depan untuk mencari angkot utuk mengantarku ke Lemah Abang, stasiun terdekat dari Deltamas tempatku tinggal.
                “ Jakarta Mas, satu ” kataku sambil menyodorkan uang Rp 5.000,00 kepada petugas tiket yang ada di stasiun lemah abang, segera aku di kasih tiket dengan uang kembali sebesar Rp 2.500,00 , sebelum meninggalkan loket aku bertanya ke petugas tiketnya karena aku ada titipan dari Danang untuk nukarin struk pembelian tiket
                “Mas, bisa nukar Struk tiket?”
                “ ga bisa mas, di stasiun senen “
                “ kalau di bekasi bisa g mas?”
                “ iya di bekasi bisa “ jawab mas petugas tiketnya
Aku meninggalan tempat loket dan pergi menuju tempat tunggu kereta dan disana aku ketemu dengan Mahmud, adek kelasku di ITSB
                “ Eh mahmud, kate nang ndi mud “ ucapku ke kepada Mahmud
                “ Eh Bang Inud, kate nang senen bang nukarin tiket “
                “ nang senen po kate bojo mud “, kataku sambil bercanda karena mahmud mank punya cewek yang kuliah di jakarta, amahmd anak cilacap sehingga aku ngomongnya pun pake basa jawa.


Tak lama ada pengumuman bahwa kereta akan segera datang, lalu aku dan Mahmud pergi menuju jalur pemberhetian kereta agar nanti bisa cepat naik dan bisa dapat tempat duduk,
“ twen... twen... twen...”,  suara kereata datang dan aku langsung naik dan mencari tempat duduk dan lumayan banyak juga tempat duduk yang kosong. Kereta segera melaju setelah membawa penumpang. Di tengah perjalanan konduktur kereta malakukan tugasnya mengecek tiket para penumpang dan sampailah di tempatku dan ku berikanlah tiketku untuk di lubangi
                “ Pak, kalau mau ke Depok Enaknya turun dimana y?,” tanyaku kepada Pak Kondektur
                “ Di stasiun kota , nanti banyak yang ke Depok “, jawab Bapak Kondektur
                “ kalau di jatinegara bisa ga Pak “
                “ Jatinegara keretanya ga berhenti”,  jawab pak kondektur sambil meninggalkanku

Ternyata kereta tidak berhenti distasiun jatinegara padahal tujuanku adalah ke stasiun jatinegara karena lebih dekat dengan tempat yang aku tuju di Kampung melayu. Banyak perubahan yang terjadi dulu ampir setiap stasiun kereta slalu berhent namun sekarang ini tidak ada yang berhenti dan langsung berhenti di stasiun Senen, sampai di stasiun Senen aku segera menuju loket untuk menukarkan tiket punya Danang dan punya Mahmud juga.

                Setelah menukarkan tiket aku dan mahmud berpisah di sini, Mahmud pergi ke Kemayoran karena sekarang ini di stasiun senen tidak melayani kereta lokal lagi, aku pergi ke terminal untuk mencari angkot untuk mengantarku ke kampung melayu, aku mencari angkot 01 jurusan Senen- Kampung Melayu, setelah dapat aku langsung naik.

                Perjalanan dengan angkot ini masuk ke komplek2 jalan kecil, pasar dan muter2 dan keluar di jalan besar di daerah cempaka putih, saat sampai di Cempaka Putih kulihat STMI (Sekolah Tnggi manajemen Industri ) perguruan tinggi yang dulu sempat aku ke sana mencari informasi yang katanya merupakan perguruan tnggi kedinasan di bawah departemen perindustrian, Sekolah tinggi kedinasan adalah sekolah yang duu aku tuju karena katanya kuliahnya grastis dan dapat uang saku pula sekaligus luus langsung jadi pegawai disana, ternyata saat aku cari- cari info denga datang langsung ke kampusnya udah banyak sekolah kedinasan yang tidak berikatan dinas seperti STMI sekarang ini dan harus bayar sendiri untuk biaya kuliahnya. Karena aku pernah ke kampus ini aku memberi tahu ke kakakku lewat SMS kalau aku lewat depan STMI dan kakakku menjawabnya katanya aku sala naik seharusnya bukan naik angkot yang ini,  kata kakak meskipun nanti juga sampai di kampung melayu tapi ini rutenya Cuma muter2 aja,,

                Dan benar saja, setelah muter2 lewat jalan kecil dan pasar yang penuh sesak ternyata pas keluar lagi di jalan raya besar aku agak terheran – heran sepertinya aku kenal daerah ini yang g asing bagiku dan aku langsung teringat dan bergumam dalam hati
                “ lah inikan balik lagi ke senen, weh udah muter2 berjam-jam g sampek2 ternyata balik ke Senen lagi, Jakarta kota puyeng  udah melewati jalan yang kecil2 kumuh lewat jembatan sungai yang sungainya sangat kotor dan ternyata balik lagi tempat semula, agak kesel juga uda hawanya panas muter2 g nyampek2.”

                30 menit kemudian akhirnya aku sampai juga di terminal kampung melayu tempat yang aku tuju, sampai disini aku juga agak kebingungan mencari tempatnya agak- agak lupa.
                “ mau ke mana “ tanya seorang tukang ojek
                “ kesini  ja Pak, nyari toko buku”
                “ nama tokonya apa mas”,
                “ saya agak lupa Pak, apa ya ??“, jawabu sambil mengingat- ingat tokonya mas Hasyim

Lalu aku keluar dari terminal menuju jalan raya, dan aku langsung teringat toko yang aku tuju karena kelihatan dari jalan raya. Langsung saja aku menuju toko itu nyebrang lewat depan mobil2 dengan suasana penat dalam pikirku akibat dari tadi muter2 terus , sampai di toko ternyata masih tutup ku sms mas hasyim memberi tahu kalo aku udah sampai dan bilang kalau tokonya masih tutup namun saat ku sms ternyata pesan g terkirim, kucoba menelpon ternyata juga g aktif, akhirnya kuberjalan lagi ke arah terminal, disana sambil melihat rute2 angkot dan bus yang berangkat dari terminal Kampung melayu ini, aku lihat di papan pemberitahuannya ternyata angkot 01 itu ada 4 dan jurusannya sama semua Senen-Melayu dan mugkin jalurnya aja yang beda, tapi ya diambil hikmanya aja bisa muter- muter keliling jakarta n g lansung cepet nyampek toh tokonya juga masih belum buka.

Sembari menunggu toko buka aku jalan2 di terminal terlihat pentol bakso yang menggoda, dan lansung aku meghampiri penjualnya dan pesan satu porsi. Aku ank suka banget dengan makanan bulet- bulet yang terbuat dari daging sapi ini, setelah aku di buatin satu porsi langsung saja aku makan degan lahap disamping rasanya yang emank lumyan enak ku juga laper karena pagi berangkat juga belum sempat sarapan. Setelah selesai makan q masih duduk di tempat penjual bakso karena mank hawanya panas dan aku sambl berteduh disini, sambil berteduh ku tengok toko mas hasym dan ternyata udah buka, lalu aku bayar baksonya seharga Rp 8.000,00 dan aku meninggalkan serta menuju ke toko.

Sampai di toko terlihat bukan mas hasyim yang jaga tapi temannya dan aku belum kenal.
“Assalamualaikum wr wb, Mas hasyimnya g kesini Mas?!”,  kataku kepada mas yang ada ditoko tersebut
“Haysim kalau minggu ga ke toko, mank udah janjian ta?”
‘’ iya Mas, tadi mas hasyim bilang suruh tunggu bentar”
mas penjaga toko terus mempersilahkan aku duduk disitu, tiba2 hapenya dia bebunyi dan telepon dari mas hasyim, mas hasyim tanya apakah aku udah disana setelah menerima telpon dari mas hasyim mas yang jaga toko bilang
                “sampen yang mulai dari pagi itu ya, maaf tadi g bawa jam “
                “ iya mas, gapa2.” Sambil dalam hati bergumam ‘ pa hubungannya g lihat jam ma telat buka toko’ hehehe
Akhirnya mas itu mengambil sunkrimnya yang tadi dalam telpon udah di bilang sama mas hasyim, habis ngasih sunkrimnya terus Mengambilkan Al- Quran dan di lihatkan ke aku, lalu aku buka – buka agak kurang cocok karena menurutku ya biasa ja Al-quran denga terjemahan ada penjelasan dikit dari hadist,,, terus masnya bilang
                “ kalo mau yang ada gede ini ada Al-Quran cordoba”, sambil ngambil Alquran diberikan ke aku serta memberikan brosur yang menunjukkan gambaran isi dari Al-Quran tersebut.              
                “ kalo yang ini berapa harganya mas,” tanyaku mengenai harga Al-Quran cordoba ini, pertanyaanku g langsung dijawab namun mas penjaga toko nelpon dulu ke mas hasyim baru setelah dapat jaaban dari mas hasyim, ia menjawab
                “ Rp 290.000,00 di potong jadi Rp 250.000.” Aku lumayan cocok dengan Al- Quran Cordoba ini karena isinya yang lengkap, Aku memberi tahu mas lewat pesan singkat enkanya beli Al-Quran yang mana buat ibuku, sekalian kukasih tahu harganya. Lalu mas tanya  kalo Al-Quran Miracle berapa harganya ? Al-Quran Miracle adalah alquran yang di lengkapi sensor pena sehingga jika diarahkan ke Al – Quran maka akan bisa mengeluarkan suara murattalnya, disana g ada penanya dan harganya Rp 325.000,00.
Kalau beli yang Alquran miracle kalo ga pake penanya ya sam juga bohong lagian sepertinya juga tafsirnya g selengkap Al- Quran Cordoba, akhirya aku putuskan untuk membeli Al- Quran Cordoba, aku ingat bahwa tadi pagi berangkat kesini Aku hanya ambil uang Rp 300.000,00 jadi aku uangku kurang, aku keluar toko untuk mencari ATM, berjaan menyusuri jalan raya dan sambil tanya ke orang yang kutemui dijalan tersebut, seteah berjalan kira2 10 menitan akhirnya aku temukan ATM, dan langsung aku melakukan tarik tunai di ATM tersebut.

                Setelah melakukan penarikan aku langsung balik ke toko dan membayar semua yang aku beli dengan total Rp 358.000,00 lalu aku meningglakan toko dn pergi terminal mencari transportasi untuk kembali ke Cikarang, namun di kampung melayu ini bus jurusan langsung ke Cikarang ternyata Tidak ada sehingga aku harus oper dulu ke Kampung Rambutan sbenarnya ada juga naik angkot 18 ke pangkalan 56 low g salah terus nanti oper anti naik Bison, namun aku kurang suka naik bison dan aku memilih naik metromini menuju ke kampung Rambutan.
                Perjalanan kembali menuju Deltamas dimulai dengan metromini melaju dengan pasti membelah kota jakarta melewati jalan- jalan lewat PGC dan akhirnya sampai juga di kampng rambutan dan aku turun untuk ganti Bus besar tujuan Kampung Rambutan – Cikarang, namu lagi- lagi ternyata ku Cuma muter- muter aja,mank Jakarta ini “kOta Puyeng”  ternyata setelah bus yang kunaiki melaju arahnya kembali ke jalan baru Pasar Rebo, daerah tempat bus- bus berhenti dan banyak juga penumpang yang naik, Pasar Rebo berada sebelum kampung rambutan, aku dulu sempat naik ke Cikarang dari pasar Rebo sewaktu habis dari Bogor.

                Akhirnya Bus pun melaju lagi setelah tadi ternyata arahnya adalah kembali ke pasar Rebo “kalau tahu gitu ya mending tadi aku turun di jalan baru, biar g bolak- balik kaya gini”, aku bergumam dalam hati.suasana bus kota serti biasa banyak Pedagang asongan dan orang ngamen, namun di bus yang aku tumpangi kali ini ada yang tidak biasa dari yang di tampilkan oleh seorang sastrawan jalanan, dia tidak nagmen sperti biasa namun menampilkan drama teatrikal dengan sebatang bambu yang bisa di tiup dan mengeluarkan suara mulailah dia memerankan drama tentang kritikan terhadap negeri ini, di mulai prolog tentang gambaran negeri ini dan cerita tentang anak jalanan

                “ aku lebih bangga lihat anak jalanan yang tidak pake sandal, daripada lihat yang bersepatu memakan bangku sekolah namun tak punya moral,” katanya samabil meragakan gerakan2 damatikal
                “ketika orang melihat anak kecil jalanan maka mereka akan bertanya” dan bilang “ kok ga sekolah dek, sekolah itu penting”
                “penting?!” coba kita bandingkan meraka anak jalanan mereka g mencuri dan ga suka tawuran, tapi bandingkan engan ymereak yang berseragam hobinya tawuran, baaaannya rantai, parang, besi,”
                “ apakah ini yang namanya sekolah yang bisa mendidik akhlak tapi hobinya hanya tawuran”
                “mereak yang ekolah tinggi hingga keluar negeri kembali ke negerinya bukan malah memperbaiki negeri namun hanya menyandang gelar koruptor. Gayus, anjelina dll, ada juag buati yang nikah sirih Cuma 4 hari di cerai,, ah inikah orang yang berpendidikan”

Lalu drama ini di akiri dengan harapan – harapan yang di inginkan, harapan pada para yang bisa bersekolah untuk mmbangun negeri ini, penampilan yang lumayan beda dengan suasana yang kulihat di bus kota. Setelah itu mas- mas yang memainkan drama in turun dan bergantilah dengan para musisi2 jalanan lain, banyak sekali pengamne yang naik turun hingga udah berapa kali sampai aku lupa hitungannya. sampai menjelang sampai di cikarang dan tepatnya berada di cibitung naiklah 3 orang cewek pengamen.

                “ Mak , iki anakmu prawan,....” suara nyanyian pengamen itu menarik perhatianku aku kira pengamen ini berasal dari jawa karena menyanyikan lagu jawa, suaranya yang begitu merdu di iringi dengan suara gitar kentrung kecil dan bongo ku dengar lantunan suara alat musik beradu dengan suara ketiga cewek pengamen tersebut dan sangat aku nikmati, hingga sampai di lagu kedua mereka menyanyikan lagu putri panggung. Aku salut kepada mereka dan sepertinya bukan orang jawa karena byak di selingi enga basa sunda lirik lagunya, setelah menampilkan pesrformance dengan enyanyikan dua buah lagu akhirnya usai sudah hiburan yang di berikan ke3 cewek pengamen ini. setelah mereka mengedarkan sumbangan di kantong plastik mereka ke belakang dan duduk disana didekat tempat duduku karena aku duduk di pojokan belakang sendiri dan mank lagi sepi, dibangku belakang sambil elaju dan memainkan gitarnya meraka tetap menyanyi
                “dimana... diamana... atuh dimana..., dirikuring.....,” terdengar suranya yang sangat merdu, akhirnya aku jadi suka dengan lagu itu dan aku selanjutnya tahu judul lagi itu adalah “budak jalanan” dari sini aku mulai tertarik dengan lagu2 sunda.

Perjalananku balik akhirnya sampai di stasiun cikarang lalu aku bergegas jalan ke arah SGC karena disana ada masjid  dan aku belum melaksanakan kewajiban sholat dhuhur, setelah sholat di masid aku melanjutkan jalan kaki ke depan SGC untuk naik angkot 35 yang akan mengantarku ke Deltamas tempat tinggalku, sebelum pulang aku mampir dulu ke Ramyanan dan kau beli sandal japit seharga Rp 40.000,00 an.
Sekitar pukul 16.00 akhirnya aku sampai di kontrakan lagi perjalanan yang panjang untuk hari ini,,,,,
               
               


               
               



No comments:

Post a Comment